Pandangan dari Perpektif Agama terhadap Vegetarian

Berbicara masalah sehat dalam arti sehat jasmani, tidak dapat dipisahkan dengan masalah sehat secara spiritual, karena ke duanya saling berkait. Kata bijak mengatakan di dalam jasmani yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Demikian juga sebaliknya seseorang yang sehat secara spiritual akan memilih makanan yang sehat untuk sang jiwa. Oleh karena itu makanan bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan akan zat gizi untuk tubuh tetapi juga untuk makanan yang sehat secara spiritual.
Dalam setiap sistem kepercayaan apapun apapun masalah makanan menjadi salah satu kunci penting dalam meniti jalan hidup, sehingga makanan dan makan adalah suatu yadnya atau sadhana bhakti yang harus dipatuhi. Tuhan telah menciptakan planet-planet dengan segala isinya, dan segala kehidupan atau mahluk yang mendiami planet ini. Diciptakan beraneka jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hewan diciptakan dengan keaneka ragaman sifat termasuk juga dalam hal makannya. Setiap spesies telah diberikan kewajibannya (dharma) masing-masing dalam hal makan. Seperti singa tidak berdosa kalau memakan hewan yang lebih kecil karena itulah kewajibannya, namun dia dia tidak akan makan berlebihan dan tidak akan memakan yang bukan haknya, tidak mau makan rerumputan. Demikian juga sapi tidak akan memakan binatang yang lebih kecil, karena kewajibannya hanya makan rumput saja. Demikian juga dengan hewan-hewan lainnya masing-masing sudah mempunyai kewajibannya, hal ini termanifestasi dalam bentuk anatomi yang telah dijelaskan di atas.  Demikian juga manusia telah mempunyai kewajiban dalam hal makan. Jadi makan bukanlah sekedar untuk memasukkan makan kedalam perut saja namun ada aturannya sendiri.
Pola hidup vegetarian telah ada sejak peradaban Veda, karena dalam Veda baik sruthi, smrthi dan purana tidak dibenarkan melakukan pembunuhan terhadap hewan. Bahkan orang yang memakan daging dianggap manusia kelas rendah atau disebut candala. Demikian juga peradaban agama-agama berikutnya, tidak pernah ada rekomendasi untuk menyakiti atau membunuh hewan. Perkembangan berikutnya pada zaman Kali banyak manusia tidak lagi mengindahkan  anjuran kitab suci, perburuan dan pembunuhan hewan semakin merajalela, hingga di zaman modern saat ini daging dianggap merupakan sumber makanan yang baik dan kebutuhan semakin meningkat, sehingga dibangunlah banyak rumah potong untuk memenuhi kebutuhan daging. Dalam agama manapun sebenarnya tidak dibenarkan melakukan pembunuhan terhadap semua mahluk hidup, karena semua mahluk hidup adalah sesama ciptaanNya yang berarti saudara kita.

Diet for Transcendence: Vegetarianism and the World Religions (Diet Transendental: Pola Hidup Vegetarian dan Agama-Agama Dunia)” karangan Steven Rosen. Ketika saya membaca buku itu, saya mulai berpikir tentang jawaban yang biasa saya berikan atas pertanyaan yang sering diajukan “Mengapa Anda vegetarian?” Dengan mudah saya membuat daftar manfaat kesehatan seperti menurunkan kolesterol, mencegah kanker, meringankan penyakit jantung dll., semua itu adalah alasan-alasan yang baik untuk tidak makan daging. Tetapi saya tiba-tiba sadar bahwa saya telah lalai menyebutkan alasan yang terpenting: welas asih kepada semua makhluk.
Dalam bukunya, Rosen menunjukkan bahwa Perintah Allah Keenam dalam Alkitab Kristen-Yahudi dan Sila Pertama Agama Budha adalah “Jangan Engkau membunuh” atau “Jangan membunuh”. Kata-katanya jelas dan tidak ditujukan khusus hanya kepada manusia. Pengarang tersebut juga menyebutkan bahwa “Aturan Emas” – “Lakukanlah terhadap yang lain sebagaimana engkau ingin yang lain lakukan terhadapmu” – ditemukan dalam hampir semua kitab suci di dunia, menimbulkan pertanyaan “Bukankah hewan juga termasuk ‘yang lain’?” Karena mereka hidup, bernapas, berpikir seperti yang dilakukan manusia, dan juga menunjukkan rasa kasih, takut dan marah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar