Pandangan Agama Kristiani

Banyak isi Injil yang mendukung vegetarianisme sebagai suatu paham, hidup tanpa kekerasan seperti ajaran Yesus. Yesus mengajarkan manusia untuk berbuat baik kepada semua makhluk, tidak hanya kepada manusia, dan ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa Jesus adalah vegetarian.
Dari suatu terjemahan dari Injil yang asli, Kisah dari 12 Rasul, malaikat berkata kepada Maria, “Kamu tidak seharusnya memakan daging ataupun minuman keras, sejak dalam kandungan untuk anak yang akan dimuliakan di hadapan Tuhan, janganlah memakan daging atau meminum minuman keras.” Kisah keajaiban tentang roti dan ikan tidak ditemukan pada dokumen yang terdahulu, hanya menjelaskan adanya keajaiban tentang roti, buah, dan secerek air.
Para vegetarian terdahulu seperti Nazarenes, Therapeuts, Ebionites, Gnostics, dan Essenes, juga Yohanes Pembaptis, semuanya mengikuti ajaran yang mengajarkan hidup tanpa daging. Kenyataannya dalam terjemahan kitab Injil terdahulu tidak ada contoh tentang anjuran atau izin makan daging. Dalam Ensiklopedia Judaica dikatakan bahwa nenek moyang Israel adalah vegetarian, dan kalimat dalam Injil adalah ‘gandum dan arak dan minyak’, tidak ada daging.
“Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji: itulah akan menjadi makananmu.” (Kejadian 1:29)
Kitab Suci Perjanjian Lama memberi perintah, “Jangan membunuh”. (Kitab Keluaran 20:13). Ini biasanya diinterpretasikan sebagai pembunuhan. Kamus lengkap setiap bahasa mengatakan bahwa kata ‘tidak membunuh’ mengacu kepada “segala bentuk pembunuhan”, dan tidak hanya pembunuhan terhadap manusia saja.
Dan dalam buku-buku Kitab Suci selanjutnya, para nabi besar melarang penyantapan daging. Lukas (8:55) tertulis bahwa Yesus membangkitkan seorang wanita dari kematiannya dan “memerintah memberikannya makanan.” Kata berbahasa Yunani asli yang diartikan “daging” suatau pengertian yang tidak tepat.  Kita dapat juga melihat contoh para Guru Agung terdahulu yang kebanyakan menjalani hidup vegetarian, bahkan dalam bukunya John Davidson, The Gospel of Jesus-In Search of His Original Teachings, diargumentasikan bahwa Nabi Yesus dan murid-murid utamaNya termasuk adikNya, James adalah vegetarian. Demikian juga disabdakan, “Anda tidak boleh memakan daging yang berdarah sebab kehidupan berada dalam darah.”(Kitab Kejadian 9:4). Yohanes yang juga dikenal vegetarian karena hanya memakan madu hutan dan locust (sejenis pepohonan berbiji), Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma tersirat juga pesan vegetarian, “Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung! Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.” (Roma 14:20-21).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Pandangan Agama Islam

Pada tahun 1995, sebuah Masyarakat Vegan/Vegetarian Muslim dibentuk di Inggris, yang mempromosikan vegetarisme sesuai dengan ajaran Alquran dan menunjukkan bagaimana kebaikan hati dan kewelasasihan kepada binatang adalah kebajikan yang diterangkan secara rinci oleh Islam.
Lebih jauh lagi, terdapat banyak ayat dalam Kitab Suci Alquran di mana Tuhan menekankan penggunaan buah-buahan dan sayur-sayuran untuk kelangsungan hidup, baik kepada manusia maupun kepada binatang (Surah 6:141, 6:151, 16:67, Surah 23:19) dan juga untuk mencapai kesehatan dan lingkungan hidup yang lebih baik bagi umat Islam.
Banyak ayat dalam Kitab Suci Alquran yang mengacu pada kesucian hidup binatang dan hak-hak binatang yang sederajat untuk hidup dalam damai, mencari Tuhan, dan berkembang menuju kesadaran Tuhan, serta serupa dengan manusia di planet ini.
“Tiada makhluk yang merayap di bumi, tiada burung yang terbang dengan sayap-sayapnya, melainkan mereka adalah umat-umat yang serupa dengan kamu. Kami tidak mengalpakan sesuatu di dalam Alquran, kemudian kepada Pemelihara mereka, mereka akan dikumpulkan.” (Surah 6:38).
Dalam terjemahan Hadish oleh Dr. M. Hafiz Syed, pengikut Nabi Muhammad bertanya kepadanya, “Sesungguhnya, apakah ada imbalan untuk melakukan hal baik kepada hewan, dan memberikan mereka minum ?”. Nabi Muhammad menjawab, “Ada imbalan dalam menolong hewan.”  Dalam Al Q’uran terdapat larangan memakan daging binatang yang mati ataupun darah binatang, demikian juga adanya larangan untuk memakan daging dari binatang yang disembelih secara tidak halal (tanpa bismallah). Murid paling terkemuka Nabi Muhammad, kemenakannya sendiri, menasihatkan kepada murid-muridnya, “Jangan jadikan perut kalian itu kuburan binatang.
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Alkitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan (Quran 6.38).
Pada suatu ketika Rasul Allah berkata kepada keponakan-Nya, ‘Ali, Oh Ali, kamu semestinya tidak memakan daging. Jika kamu memakan daging selama 40 hari, maka kualitas itu akan masuk ke dalam dirimu. Karena itu, kualitas kemanusiaanmu akan berubah, kualitas welas asihmu akan berubah, dan inti sari tubuhmu juga berubah.’

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Pandangan Agama Hindu

Masalah makan dan makanan telah banyak diatur dalam kitab suci Hindu terutama Bhagavadgita dan Bhagavata purana. Personalitas Tertinggi Tuhan hanya mau menerima persembahan berupa buah, air, daun, dan bunga dengan tulus iklhas, bahkan makanan yang sudah di persembahkan kepadaNya, maka makanan tersebut akan disucikan. Tetapi bila makanan tidak dipersembahkan lebih dahulu maka dianggap sebagai pencuri atau makan dosa. Masih dalam Bhagavadgita, makanan dibagi menjadi 3 katagori; makanan yang satvik, makanan rajasik dan makanan yang tamasika. Jadi soal makanan dan makan telah diatur dan itu merupakan yadnya. Kenapa tidak diperkenankan memakan daging? Hal ini jelas untuk mendapatkan daging kita mesti melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup lain, demikian juga dalam kitab suci agama lain, pembunuhan merupakan larangan keras.  Karena semua mahluk hidup adalah saudara-saudara umat manusia juga. Sri Krishna dalam Bhagavadgita menyatakan ” …….. Akulah ayah yang memberikan benih kepada semua mahluk hidup….”  Karena karma dan pengaruh sifat alam (tri guna) yang berbeda maka ia menperoleh badan hewan, padahal sang roh yang ada di dalamnya adalah sama dengan sang roh dalam diri kita. Semua mahluk hidup berasal dari sumber yang sama, seperti dalam Bhagavadgita 15.7
mamaivamso jiva-loke      jiva-bhutah sanatanah
manah-sasthanindriyani    prakrti sthani karsati
”Mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal dari Ku, mereka berjuang  keras melawan 6 indria termasuk pikiran.”
Orang hendaknya memperlakukan semua hewan binatang seperti kijang, kera, tikus, ular, burung-burung dan lalat dengan benar bagaikan putra sendiri. Betapa kecil sesungguhnya perbedaan antara anak-anak dengan binatang yang tidak berdosa ini. (Bhagavata Purana 7.14.9)
Seseorang yang mengaku beragama hendaknya memahami filsafat dasar tersebut, oleh karena itu haruslah menghormati setiap kehidupan apapun, karena mahluk hidup juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan perjalanan spiritualnya. Bila mahluk hidup mati dengan alamiah maka ia akan mendapatkan badan material yang lebih tinggi tingkat kesadarannya. Bila mati oleh karena dibunuh, disemblih maka ia akan kembali menjalani kehidupan seperti semula. Itulah ajaran dharma yang sejati.
Dengan tidak melakukan pembunuhan terhadap hewan berarti kita sebenarnya telah melaksanakan atau menegakkan prinsip dharma. Di zaman Satya-yuga, ada 4 prinsip dharma masih tetap tegakdalam Bhagavata purana dinyatakan : ”tapah saucam daya satyam   iti padah krte krtah…..” – ada empat tiang dharma yang menyangga tetap berdiri tegaknya dharma pada zaman Satya Yuga, zaman keemasan, tiang dimaksud adalah 1. Tapah (pertapaan), 2. Saucam (kebersihan,   kesucian), 3. Daya (karunia, cinta kasih), 4. Satyam (kejujuran, kebenaran). Namun di zaman sekaran prinsip dharma itu telah dirongrong oleh 4 prinsip adharma, tiang penyangga dharma tersebut sudah roboh akibat dirongrong oleh tindakan adharma.
1. Dyutam(berjudi): kegiatan ini akan menghancurkan satya (kejujuran). Kegiatan main judi menghancurkan kejujuran di dalam hati orang. Dyuta artinya tipuan. Dalam permainan judi tidak ada kejujuran. Pemain judi selalu berusaha mencari kesempatan untuk saling menipu.
2. Panam(mabuk minuman keras): kegiatan ini menghancurkan sifat tapah(pertapaan, pengendalian diri). Jika orang mengebangkan kebiasaan mabuk-mabukan, pastilah  tiang Dharma yang amat penting yaitu pertapaan atau pengendalian diri akan roboh.
3. Striyah (berzinah): kegiatan ini akan menghancurkan saucam (kesucian badan). Tidak akan ditemui kesucian di dalam hati orang yang melakukan hubungan kelamin tidak syah. Di samping itu, bukan cerita baru lagi bahwa penyakit kotor yang berkembang dewasa ini yang pengobatannya belum ditemukan bisa berjangkit terhadap yang bersangkutan.
4. Suna (membunuh binatang): kegiatan ini menghancurkan daya (cinta kasih, sifat welas asih). Resi Canaknya mengatakan bahwa sangat sulit menemukan cinta kasih di damal hati para pemakan daging. Tanpa karunia dan cinta kasih orang sulit mengembangkan hubungan, bukan hanya di masyarakat tetapi juga sulit mengembangkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ajaran Veda sangat menekankan pentingnya pengaturan jenis makanan. Sebab, makanan amat mempengaruhi sifat dan kesadaran orang. Jaisa anna vaisa mana, bagaimana makanan begitulah pikiran. Atau orang Barat mengatakan “You are what you eat”, Anda adalah apa yang Anda makan. Dalam Bhagavadgita, makanan dikelompokkan berdasarkan perbedaan kesenangan orang, yaitu ada makanan jenis kebaikan (sattvam), makanan jenis kenafsuan (rajas) dan makanan jenis kegelapan atau kebodohan (tamas). Disebutkan bahwa makanan yang disukai oleh orang-orang yang mantap di dalam sifat kebaikan (sattvam) adalah makanan yang memperpanjang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberikan kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari, mengandung lemak yang cukup bergizi dan menyenangkan hati. Makanan yang disukai oleh orang-orang di dalam sifat nafsu (Rajas) adalah makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu asin, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu kering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras. Makanan seperti itu menyebabkan duka cita, kesengsaraan dan penyakit. Makanan yang disukai oleh orang-orang yang berada dalam sifat kegelapan (Tamas) adalah makanan yang disimpan terlalu lama. Makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan yang tidak dibenarkan.
Tidak mengkonsumsi daging termasuk pengendalian diri, mengendalikan lidah, demikian juga melakukan puasa (upawasa), rasa kasih sayang terhadap semua mahluk, dengan tidak melakukan kekerasan terhadap semua mahluk, itulah prinsip sehat spiritual secara universal hal ini akan mempengaruhi sehat jasmani dan sehat mental.
Dalam ajaran Veda (Sanatana Dharma) tersurat banyak sekali perintah-perintah Tuhan dalam purana dan upanisad. Bagawat-gita (5.8), Khrisna menjelaskan bahwa kesempurnaan spiritual mulai ketika seseorang dapat melihat kesamaan semua mahluk hidup, “Orang bijaksana yang rendah diri, dengan pengetahuan yang murni, melihat dengan pandangan yang sama seorang brahmana yang terpelajar, seekor lembu, seekor gajah, seekor anjing, dan pemakan anjing”. Dengan demikian seseorang tidak seharusnya membunuh mahluk hidup lainnya demi kepuasan indria belaka. Landasan moral dan sastra Hindu (Veda) tentang vegetarian bahwa semua mahluk dialam semesta ini adalah merupakan percikan kekal dari Tuhan, bersifat abadi, ada selamanya, seperti diuraikan dalam Bhagavadgita oleh Sri Krishna sebagai sumber segala yang ada.
Kitab suci Weda, menekankan anti-kekerasaan sebagai dasar moral vegetarianisme. “Tidak ada daging yang diperoleh tanpa menyakiti mahluk hidup,” demikian dalam Manu-samshita,  “Oleh karena itu biarkan seseorang menjauhkan diri dari pemakaian daging.”  Pada bagian yang lain, Manu-samshita memperingatkan, “Setelah dengan baik mempertimbangkan sumber daging yang memuakkan dan kekejaman dalam membelenggu dan membantai mahluk hidup, biarkan seseorang berpantang menyantap daging secara total”. Sri Khrisna juga memerintahkan kita untuk menerapkan prinsip vegetarian, Beliau bersabda “Persembahkanlah Aku buah, bunga, daun, air, dengan cinta bakti maka saya akan menerimanya.” (Bg 9.26). berikutnya “PenyembahKu dibebaskan dari semua dosa karena mereka memakan makanan yang terlebih dahulu dipersembahkan untuk yadnya. Yang lainnya, yang menyiapkan makanan untuk kesenangan pribadi, hanya memakan dosa.”  Makanan yang dipersembahkan kepada Tuhan lebih dahulu disebut prasadam, mengkonsumsi prasadam berarti memberi makanan rohani kepada tubuh kita. Dengan menyantap prasadam kita akan memperoleh kemajuan rohani dan dapat mengahpuskan karma-karma tertentu pada kehidupan masa lalu.Ahimsa Paramo Dharmah dapat diartikan sebagai kewajiban suci yang tertinggi, agama atau pelaksanaan agama yang paling tinggi. Hal ini ditegaskan berkali-kali di berbagai kitab suci Veda dengan istilah yang sama atau juga dengan istilah yang berbeda, seperti Ahimsayah pari dharmah Ahimsa laksono dharmah-dharmah Ahimsa parama tapa, Ahimsa parama satya-satya, ini menunjukkan bahwa agama Veda menaruh perhatian yang sangat penting terhadap ajaran anti kekerasan.
Di Bali lontar Vrhaspati Tatva dikenal sebagai lontar ke-Saiva-an,  ternyata, menurut lontar tersebut, para Saivaism pun perlu melaksanakan ajaran Ahimsa, tidak membunuh dan tentu pula tidak memakannya (ahimsa ngaranya tan pamati-mati). Dalam Manu Smrti menyebutkan bahwa “Mamsah” yang berarti daging pada hakekatnya dinyatakan oleh orang-orang bijaksana berarti “saya dia” yaitu dia yang dagingnya saya telan dalam hidup ini. Dia juga akan menelan saya di kemudian hari”. Hal yang sama juga diakui di dalam kitab Mahabrata “Sekarang dia menelan saya, nanti saya pun akan dimakannya,” —-mam sa bhaksayate yasmad bhasayaisye tamapyaham.
Agama Hindu amat mementingkan pengembangan cinta kasih bukan hanya kepada sesama umat manusia tetapi kepada sesama makhluk hidup.Kesadaran utama bahwa seluruh dunia adalah sebuah keluarga besar sangat membantu untuk mengembangkan cinta kasih universal. Itulah puncak cinta kasih di dunia ini, merupakan landasan penting untuk mengembangkan prema bhakti atau citna kasih rohani kepada Personalitas Tuhan Yang Maha Esa.
Apalagi tentang sapi, berdasarkan sastra bahwa sapi merupakan salah satu dari tuju ibu kita, mengapa? Sapi memberikan umat manusia susu yang melimpah melebihi dari kebutuhan untuk anaknya sendiri. Sapi jantan bekerja untuk mengolah tanah pertanian. Walapun diperlakukan dengan keras, dipukuli, dipecut namun sapi tidak pernah marah. Sapi juga memberikan umat manusia kebutuhan pokok yang disebut pancagawiya lima kebutuah yang diperlukan manusia; 1. susu. 2. yoghurt, 3. ghee atau minyak sapi dari susu, digunakan untuk upacara, 4. kencing, dapat dipakai obat, dan 5. kotorannya, digunakan untuk upacara dan juga untuk bahan obat. Bila sapi meninggal dengan alamiah maka ia akan mendapatkan badan dengan kwalitas brahmana kelak. Jadi bila membunuh sapi berarti telah menghambat kelahiran para brahmana. Demikianlah keagungan sapi dalam ajaran Veda.
Rsi Bhisma memberi nasehat kepada Yudisthira, bahwa dengan cinta kasih kepada semua mahluk akan dibebaskan dari rasa takut dari kesulitan yang paling berat, pikiran yang tenang dan membunuh hewan akan menyebabkan umur lebih pendek
Masalah makan dan makanan telah banyak diatur dalam kitab suci Hindu terutama Bhagavadgita dan Bhagavata purana. Personalitas Tertinggi Tuhan hanya mau menerima persembahan berupa buah, air, daun, dan bunga dengan tulus iklhas, bahkan makanan yang sudah di persembahkan kepadaNya, maka makanan tersebut akan disucikan. Tetapi bila makanan tidak dipersembahkan lebih dahulu maka dianggap sebagai pencuri atau makan dosa. Masih dalam Bhagavadgita, makanan dibagi menjadi 3 katagori; makanan yang satvik, makanan rajasik dan makanan yang tamasika. Jadi soal makanan dan makan telah diatur dan itu merupakan yadnya. Kenapa tidak diperkenankan memakan daging? Hal ini jelas untuk mendapatkan daging kita mesti melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup lain, demikian juga dalam kitab suci agama lain, pembunuhan merupakan larangan keras.  Karena semua mahluk hidup adalah saudara-saudara umat manusia juga. Sri Krishna dalam Bhagavadgita menyatakan ” …….. Akulah ayah yang memberikan benih kepada semua mahluk hidup….”  Karena karma dan pengaruh sifat alam (tri guna) yang berbeda maka ia menperoleh badan hewan, padahal sang roh yang ada di dalamnya adalah sama dengan sang roh dalam diri kita. Semua mahluk hidup berasal dari sumber yang sama, seperti dalam Bhagavadgita 15.7
mamaivamso jiva-loke      jiva-bhutah sanatanah
manah-sasthanindriyani    prakrti sthani karsati
”Mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal dari Ku, mereka berjuang  keras melawan 6 indria termasuk pikiran.”
Orang hendaknya memperlakukan semua hewan binatang seperti kijang, kera, tikus, ular, burung-burung dan lalat dengan benar bagaikan putra sendiri. Betapa kecil sesungguhnya perbedaan antara anak-anak dengan binatang yang tidak berdosa ini. (Bhagavata Purana 7.14.9)
Seseorang yang mengaku beragama hendaknya memahami filsafat dasar tersebut, oleh karena itu haruslah menghormati setiap kehidupan apapun, karena mahluk hidup juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan perjalanan spiritualnya. Bila mahluk hidup mati dengan alamiah maka ia akan mendapatkan badan material yang lebih tinggi tingkat kesadarannya. Bila mati oleh karena dibunuh, disemblih maka ia akan kembali menjalani kehidupan seperti semula. Itulah ajaran dharma yang sejati.
Dengan tidak melakukan pembunuhan terhadap hewan berarti kita sebenarnya telah melaksanakan atau menegakkan prinsip dharma. Di zaman Satya-yuga, ada 4 prinsip dharma masih tetap tegakdalam Bhagavata purana dinyatakan : ”tapah saucam daya satyam   iti padah krte krtah…..” – ada empat tiang dharma yang menyangga tetap berdiri tegaknya dharma pada zaman Satya Yuga, zaman keemasan, tiang dimaksud adalah 1. Tapah (pertapaan), 2. Saucam (kebersihan,   kesucian), 3. Daya (karunia, cinta kasih), 4. Satyam (kejujuran, kebenaran). Namun di zaman sekaran prinsip dharma itu telah dirongrong oleh 4 prinsip adharma, tiang penyangga dharma tersebut sudah roboh akibat dirongrong oleh tindakan adharma.
1. Dyutam(berjudi): kegiatan ini akan menghancurkan satya (kejujuran). Kegiatan main judi menghancurkan kejujuran di dalam hati orang. Dyuta artinya tipuan. Dalam permainan judi tidak ada kejujuran. Pemain judi selalu berusaha mencari kesempatan untuk saling menipu.
2. Panam(mabuk minuman keras): kegiatan ini menghancurkan sifat tapah(pertapaan, pengendalian diri). Jika orang mengebangkan kebiasaan mabuk-mabukan, pastilah  tiang Dharma yang amat penting yaitu pertapaan atau pengendalian diri akan roboh.
3. Striyah (berzinah): kegiatan ini akan menghancurkan saucam (kesucian badan). Tidak akan ditemui kesucian di dalam hati orang yang melakukan hubungan kelamin tidak syah. Di samping itu, bukan cerita baru lagi bahwa penyakit kotor yang berkembang dewasa ini yang pengobatannya belum ditemukan bisa berjangkit terhadap yang bersangkutan.
4. Suna (membunuh binatang): kegiatan ini menghancurkan daya (cinta kasih, sifat welas asih). Resi Canaknya mengatakan bahwa sangat sulit menemukan cinta kasih di damal hati para pemakan daging. Tanpa karunia dan cinta kasih orang sulit mengembangkan hubungan, bukan hanya di masyarakat tetapi juga sulit mengembangkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ajaran Veda sangat menekankan pentingnya pengaturan jenis makanan. Sebab, makanan amat mempengaruhi sifat dan kesadaran orang. Jaisa anna vaisa mana, bagaimana makanan begitulah pikiran. Atau orang Barat mengatakan “You are what you eat”, Anda adalah apa yang Anda makan. Dalam Bhagavadgita, makanan dikelompokkan berdasarkan perbedaan kesenangan orang, yaitu ada makanan jenis kebaikan (sattvam), makanan jenis kenafsuan (rajas) dan makanan jenis kegelapan atau kebodohan (tamas). Disebutkan bahwa makanan yang disukai oleh orang-orang yang mantap di dalam sifat kebaikan (sattvam) adalah makanan yang memperpanjang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberikan kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari, mengandung lemak yang cukup bergizi dan menyenangkan hati. Makanan yang disukai oleh orang-orang di dalam sifat nafsu (Rajas) adalah makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu asin, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu kering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras. Makanan seperti itu menyebabkan duka cita, kesengsaraan dan penyakit. Makanan yang disukai oleh orang-orang yang berada dalam sifat kegelapan (Tamas) adalah makanan yang disimpan terlalu lama. Makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan yang tidak dibenarkan.
Tidak mengkonsumsi daging termasuk pengendalian diri, mengendalikan lidah, demikian juga melakukan puasa (upawasa), rasa kasih sayang terhadap semua mahluk, dengan tidak melakukan kekerasan terhadap semua mahluk, itulah prinsip sehat spiritual secara universal hal ini akan mempengaruhi sehat jasmani dan sehat mental.
Dalam ajaran Veda (Sanatana Dharma) tersurat banyak sekali perintah-perintah Tuhan dalam purana dan upanisad. Bagawat-gita (5.8), Khrisna menjelaskan bahwa kesempurnaan spiritual mulai ketika seseorang dapat melihat kesamaan semua mahluk hidup, “Orang bijaksana yang rendah diri, dengan pengetahuan yang murni, melihat dengan pandangan yang sama seorang brahmana yang terpelajar, seekor lembu, seekor gajah, seekor anjing, dan pemakan anjing”. Dengan demikian seseorang tidak seharusnya membunuh mahluk hidup lainnya demi kepuasan indria belaka. Landasan moral dan sastra Hindu (Veda) tentang vegetarian bahwa semua mahluk dialam semesta ini adalah merupakan percikan kekal dari Tuhan, bersifat abadi, ada selamanya, seperti diuraikan dalam Bhagavadgita oleh Sri Krishna sebagai sumber segala yang ada.
Kitab suci Weda, menekankan anti-kekerasaan sebagai dasar moral vegetarianisme. “Tidak ada daging yang diperoleh tanpa menyakiti mahluk hidup,” demikian dalam Manu-samshita,  “Oleh karena itu biarkan seseorang menjauhkan diri dari pemakaian daging.”  Pada bagian yang lain, Manu-samshita memperingatkan, “Setelah dengan baik mempertimbangkan sumber daging yang memuakkan dan kekejaman dalam membelenggu dan membantai mahluk hidup, biarkan seseorang berpantang menyantap daging secara total”. Sri Khrisna juga memerintahkan kita untuk menerapkan prinsip vegetarian, Beliau bersabda “Persembahkanlah Aku buah, bunga, daun, air, dengan cinta bakti maka saya akan menerimanya.” (Bg 9.26). berikutnya “PenyembahKu dibebaskan dari semua dosa karena mereka memakan makanan yang terlebih dahulu dipersembahkan untuk yadnya. Yang lainnya, yang menyiapkan makanan untuk kesenangan pribadi, hanya memakan dosa.”  Makanan yang dipersembahkan kepada Tuhan lebih dahulu disebut prasadam, mengkonsumsi prasadam berarti memberi makanan rohani kepada tubuh kita. Dengan menyantap prasadam kita akan memperoleh kemajuan rohani dan dapat mengahpuskan karma-karma tertentu pada kehidupan masa lalu.Ahimsa Paramo Dharmah dapat diartikan sebagai kewajiban suci yang tertinggi, agama atau pelaksanaan agama yang paling tinggi. Hal ini ditegaskan berkali-kali di berbagai kitab suci Veda dengan istilah yang sama atau juga dengan istilah yang berbeda, seperti Ahimsayah pari dharmah Ahimsa laksono dharmah-dharmah Ahimsa parama tapa, Ahimsa parama satya-satya, ini menunjukkan bahwa agama Veda menaruh perhatian yang sangat penting terhadap ajaran anti kekerasan.
Di Bali lontar Vrhaspati Tatva dikenal sebagai lontar ke-Saiva-an,  ternyata, menurut lontar tersebut, para Saivaism pun perlu melaksanakan ajaran Ahimsa, tidak membunuh dan tentu pula tidak memakannya (ahimsa ngaranya tan pamati-mati). Dalam Manu Smrti menyebutkan bahwa “Mamsah” yang berarti daging pada hakekatnya dinyatakan oleh orang-orang bijaksana berarti “saya dia” yaitu dia yang dagingnya saya telan dalam hidup ini. Dia juga akan menelan saya di kemudian hari”. Hal yang sama juga diakui di dalam kitab Mahabrata “Sekarang dia menelan saya, nanti saya pun akan dimakannya,” —-mam sa bhaksayate yasmad bhasayaisye tamapyaham.
Agama Hindu amat mementingkan pengembangan cinta kasih bukan hanya kepada sesama umat manusia tetapi kepada sesama makhluk hidup.Kesadaran utama bahwa seluruh dunia adalah sebuah keluarga besar sangat membantu untuk mengembangkan cinta kasih universal. Itulah puncak cinta kasih di dunia ini, merupakan landasan penting untuk mengembangkan prema bhakti atau citna kasih rohani kepada Personalitas Tuhan Yang Maha Esa.
Apalagi tentang sapi, berdasarkan sastra bahwa sapi merupakan salah satu dari tuju ibu kita, mengapa? Sapi memberikan umat manusia susu yang melimpah melebihi dari kebutuhan untuk anaknya sendiri. Sapi jantan bekerja untuk mengolah tanah pertanian. Walapun diperlakukan dengan keras, dipukuli, dipecut namun sapi tidak pernah marah. Sapi juga memberikan umat manusia kebutuhan pokok yang disebut pancagawiya lima kebutuah yang diperlukan manusia; 1. susu. 2. yoghurt, 3. ghee atau minyak sapi dari susu, digunakan untuk upacara, 4. kencing, dapat dipakai obat, dan 5. kotorannya, digunakan untuk upacara dan juga untuk bahan obat. Bila sapi meninggal dengan alamiah maka ia akan mendapatkan badan dengan kwalitas brahmana kelak. Jadi bila membunuh sapi berarti telah menghambat kelahiran para brahmana. Demikianlah keagungan sapi dalam ajaran Veda.
Rsi Bhisma memberi nasehat kepada Yudisthira, bahwa dengan cinta kasih kepada semua mahluk akan dibebaskan dari rasa takut dari kesulitan yang paling berat, pikiran yang tenang dan membunuh hewan akan menyebabkan umur lebih pendek

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Pandangan dari Perpektif Agama terhadap Vegetarian

Berbicara masalah sehat dalam arti sehat jasmani, tidak dapat dipisahkan dengan masalah sehat secara spiritual, karena ke duanya saling berkait. Kata bijak mengatakan di dalam jasmani yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Demikian juga sebaliknya seseorang yang sehat secara spiritual akan memilih makanan yang sehat untuk sang jiwa. Oleh karena itu makanan bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan akan zat gizi untuk tubuh tetapi juga untuk makanan yang sehat secara spiritual.
Dalam setiap sistem kepercayaan apapun apapun masalah makanan menjadi salah satu kunci penting dalam meniti jalan hidup, sehingga makanan dan makan adalah suatu yadnya atau sadhana bhakti yang harus dipatuhi. Tuhan telah menciptakan planet-planet dengan segala isinya, dan segala kehidupan atau mahluk yang mendiami planet ini. Diciptakan beraneka jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hewan diciptakan dengan keaneka ragaman sifat termasuk juga dalam hal makannya. Setiap spesies telah diberikan kewajibannya (dharma) masing-masing dalam hal makan. Seperti singa tidak berdosa kalau memakan hewan yang lebih kecil karena itulah kewajibannya, namun dia dia tidak akan makan berlebihan dan tidak akan memakan yang bukan haknya, tidak mau makan rerumputan. Demikian juga sapi tidak akan memakan binatang yang lebih kecil, karena kewajibannya hanya makan rumput saja. Demikian juga dengan hewan-hewan lainnya masing-masing sudah mempunyai kewajibannya, hal ini termanifestasi dalam bentuk anatomi yang telah dijelaskan di atas.  Demikian juga manusia telah mempunyai kewajiban dalam hal makan. Jadi makan bukanlah sekedar untuk memasukkan makan kedalam perut saja namun ada aturannya sendiri.
Pola hidup vegetarian telah ada sejak peradaban Veda, karena dalam Veda baik sruthi, smrthi dan purana tidak dibenarkan melakukan pembunuhan terhadap hewan. Bahkan orang yang memakan daging dianggap manusia kelas rendah atau disebut candala. Demikian juga peradaban agama-agama berikutnya, tidak pernah ada rekomendasi untuk menyakiti atau membunuh hewan. Perkembangan berikutnya pada zaman Kali banyak manusia tidak lagi mengindahkan  anjuran kitab suci, perburuan dan pembunuhan hewan semakin merajalela, hingga di zaman modern saat ini daging dianggap merupakan sumber makanan yang baik dan kebutuhan semakin meningkat, sehingga dibangunlah banyak rumah potong untuk memenuhi kebutuhan daging. Dalam agama manapun sebenarnya tidak dibenarkan melakukan pembunuhan terhadap semua mahluk hidup, karena semua mahluk hidup adalah sesama ciptaanNya yang berarti saudara kita.

Diet for Transcendence: Vegetarianism and the World Religions (Diet Transendental: Pola Hidup Vegetarian dan Agama-Agama Dunia)” karangan Steven Rosen. Ketika saya membaca buku itu, saya mulai berpikir tentang jawaban yang biasa saya berikan atas pertanyaan yang sering diajukan “Mengapa Anda vegetarian?” Dengan mudah saya membuat daftar manfaat kesehatan seperti menurunkan kolesterol, mencegah kanker, meringankan penyakit jantung dll., semua itu adalah alasan-alasan yang baik untuk tidak makan daging. Tetapi saya tiba-tiba sadar bahwa saya telah lalai menyebutkan alasan yang terpenting: welas asih kepada semua makhluk.
Dalam bukunya, Rosen menunjukkan bahwa Perintah Allah Keenam dalam Alkitab Kristen-Yahudi dan Sila Pertama Agama Budha adalah “Jangan Engkau membunuh” atau “Jangan membunuh”. Kata-katanya jelas dan tidak ditujukan khusus hanya kepada manusia. Pengarang tersebut juga menyebutkan bahwa “Aturan Emas” – “Lakukanlah terhadap yang lain sebagaimana engkau ingin yang lain lakukan terhadapmu” – ditemukan dalam hampir semua kitab suci di dunia, menimbulkan pertanyaan “Bukankah hewan juga termasuk ‘yang lain’?” Karena mereka hidup, bernapas, berpikir seperti yang dilakukan manusia, dan juga menunjukkan rasa kasih, takut dan marah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Pandangan Hidup Terhadap Vegetarian

Sejak dahulu kala, para leluhur bangsa Indonesia telah mengenal cara
hidup vegetarian. Tetapi, pada umumnya pengertian/pengenalan terhadap vegetarian
tersebut adalah sebagai cara orang-orang untuk mematangkan "ilmu" tertentu.
Bahkan sekarang pun orang masih tetap beranggapan bahwa cara hidup vegetarian
adalah cara yang "tidak normal", yang hanya dilakukan oleh orang-orang tua atau
beberapa anak muda yang sedang "mematangkan ilmu", sedang mempelajari
kerohanian, dan lain-lain semacam itu.


Dalam masyarakat Hindu di Indonesia, hanya sebagian kecil umat yang
telah menyadari ke-"alami"-an cara hidup vegetarian sebagai seorang pemeluk
agama Hindu. Mereka adalah orang-orang yang terkelompok dalam berbagai
perkumpulan dan organisasi agama atau kerohanian. Di dalam kelompok ini pun
sebagian besar mereka masih beranggapan bahwa mereka melaksanakan vegetarian
hanyalah sebagai persyaratan ajaran dalam perkumpulan atau organisasi mereka.
Mereka belum melihat ke-"alami"-annya sebagai seorang umat manusia, atau sebagai
seorang pemeluk agama Hindu untuk melaksanakan vegetarian.

Agama Hindu adalah agama yang sangat sederhana dan alami.  Tetapi,
walaupun demikian, ia tetap sangat sulit dimengerti oleh mereka yang menjauh
dari kesederhanaan dan kealamian. Kesederhanaan adalah sangat indah, dan
kealamian adalah sangat wajar. Orang-orang tidak lagi menyadari bahwa keindahan
dan kewajaran sangat diperlukan dalam hidup ini. Sebab, ia akan mengantarkan
orang kepada kebahagiaan yang sejati, dan bukan kesukaan biasa, yang juga dapat
dirasakan oleh makhluk-makhluk lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Keutamaan dalam hal makan memakan sangat ditekankan dalam agama
Hindu. Makan memakan bukan hanya bertujuan memelihara dan menjaga kesehatan
badan tetapi makan memakan juga adalah sebuah sadhana bagi umat Hindu dalam
rangka mengamalkan ajaran-ajaran suci untuk mencapai tujuan hidup yang sejati,
bebas dari kesengsaraan duniawi (Moksa).

Mengenai cara hidup vegetarian, sering umat terpelajar dalam
masyarakat Hindu pun mengabaikannya, dengan memasukkan teori-teori menarik yang
menaburkan janji-janji kesehatan, sambil menolak pendapat serta hasil
penyelidikan para dokter dan para ahli yang telah dilakukan bertahun-tahun
dengan bersusah payah dan teliti.

Adalah tidak apa-apa jika orang menolak vegetarian dan meneruskan
memakan daging. Tetapi, adalah hal yang tidak sepatutnya terjadi jika seseorang
mulai; mencampuri cara hidup orang yang melaksanakan vegetarian, menakut-nakuti
mereka dengan alasan kesehatan, kekuatan badan dan kecerdasan otak, melarang
orang melaksanakan hidup vegetarian dengan mengatakan cara hidup vegetarian
adalah cara yang bertentangan dengan ajaran agama Hindu, dan lain-lain alasan.
Kecendrungan-kecendrungan seperti ini di kalangan orang-orang terpelajar
semestinya sudah tidak ada lagi, sebab selain ia merugikan orang lain ia juga
merugikan diri sendiri. Paling tidak, “orang-orang terpelajar” tersebut akan
menjadi “tidak terpelajar” di hadapan orang-orang terpelajar. Sedangkan
sifat-sifat demikian adalah sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran agama
Hindu. Berikut kita akan melihat keindahan ajaran-ajaran agama Hindu kita
tentang hidup vegetarian.


Ahimsa Parama Dharma

Ahimsa berarti tanpa kekerasan, dan parama berarti tertinggi.
Sedangkan kata dharma berarti kewajiban-kewajiban suci, atau, seperti halnya
dalam bahasa Inggris, bahasa Indonesia juga meneri-
ma terjemahannya sebagai agama. Dengan demikian Ahimsa Paramo Dharmah dapat
diartikan sebagai kewajiban suci yang tertinggi, agama atau pelaksanaan agama
yang paling tinggi. Hal ini ditegaskan berkali-kali di berbagai kitab suci Veda
dengan istilah-istilah yang sama atau juga dengan istilah-istilah yang berbeda,
seperti Ahimsayah paro dharmah,[1] Ahimsa laksano dharmah,[2] Ahimsa parama
tapa, Ahimsa parama satya,[3] dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa agama Hindu
kita menaruh perhatian yang sangat penting pada ajaran tanpa kekerasan dan cara
hidup vegetarian.
Kembali kita melihat penekanan paragraf di atas, bahwa Ahimsa parama
dharma berarti pelaksanaan kewajiban-kewajiban suci yang tertinggi, atau
pelaksanaan ajaran agama Hindu yang termurni atau tertinggi. Penjelasan ini
secara langsung telah berarti bantahan terhadap anggapan-anggapan negatif
terhadap para pelaku Ahimsa dan vegetarian. Apalagi jika mempunyai kesempatan
yang lebih lagi untuk melihat bukti-bukti keagungan ajaran Ahimsa dan vegetarian
dalam literatur Veda, orang akan dipaksa menundukkan kepala diiringi rasa kagum
terhadap ajaran-ajaran kitab suci Veda kita.

Alasan lain Ahimsa disebut sebagai Parama Dharma juga adalah karena
Ahimsa dan vegetarian merupakan pintu gerbang pertama bagi orang untuk mendekati
pembebasan (Ahara-suddhau .... sarva-granthinam vipra moksah).[4]

Bukan hanya dalam literatur Veda kita dapat jumpai ajaran indah
tentang Ahimsa dan vegetarian tetapi juga dalam lontar-lontar serta tradisi
warisan leluhur kita.
Lontar Mahesvari Sastra menyebutkan: "Apan yan tan karaksang Ahimsa
brata, maka nimitta kroddha, moha, mana, mada, matsarya, nguni-unin
makanimittang kama, yeka panten dadanya",[5] sebab jika ajaran-ajaran brata
Ahimsa tidak dipelihara, maka ia akan menyebabkan berkembangnya sifat-sifat
kemarahan, khayalan, kebanggaan, kebingungan, rasa iri hati, dan bahkan ia dapat
menyebabkan tumbuh suburnya hawa nafsu yang menggebu-gebu, yaitu musuh di dalam
diri setiap makhluk hidup yang paling sulit dikendalikan (kama-rupa durasadam).
Selanjutnya lontar Mahesvari Sastra menunjukkan daftar nama-nama binatang,
burung dan/atau bangsa burung yang tidak boleh dimakan. Khususnya bagi para
pendeta, berkali-kali diperingatkan: "Tan bhaksya ika de sang siddhanta brata,
tan bhaksya nika, tan bhukti nika", --- tidak boleh dimakan semua itu oleh para
pendeta yang ingin mantap dalam  pantangan-pantangan suci.

Kadang-kadang, orang berpendapat bahwa hanya para Vaisnava sajalah
yang melaksanakan vegetarian atau pantangan-pantangan daging, ikan (telor,
terasi, bawang merah, bawang putih dan lain-lain). Di Bali lontar Vrhaspati
Tattva dikenal sebagai lontar ke-Saiva-an. Ternyata, menurut lontar ini, para
Saiva pun perlu melaksanakan ajaran Ahimsa, tidak membunuh-bunuh dan tentu pula
tidak memakannya (Ahimsa ngaranya tan pamati-mati)[6]. Ajaran Saiva juga
mengajarkan pengikutnya untuk maju terus dalam kerohanian. Semakin maju
seseorang di dalam kerohanian biasanya semakin maju pula ia dalam hal
berpantangan dan pelaksanaan kesucian. Lebih-lebih bagi mereka yang telah mampu
mencapai meditasi tingkat pendeta, menurut lontar ajaran leluhur kita, adalah
merupakan keharusan untuk meningkatkan kesucian dan tidak membunuh-bunuh makhluk
lain (kadi buddhi sang pandita, sahisnu tan prana-ghata .... nguniweh tan
hingsa-karma tan pamati-mati)[7]. Bahkan, ada pula ajaran-ajaran leluhur kita di
dalam lontar bernada amat keras, seperti  misalnya lontar kekawin Astikasraya
dan kekawin Arjuna Vivaha.

Hingsa-karma, perbuatan membunuh-bunuh, adalah adharma, bertentangan
dengan agama. Tan sayogya prihen, dia tidak pantas dilakukan oleh orang-orang
yang sedang mencoba melaksanakan ajaran-ajaran agama. Apalagi ia didapatkan
dengan berbagai kesulitan dan memberikan penderitaan besar kepada binatang
bersangkutan (atikasta)[8]. Lebih jauh, ajaran karma-phala juga dijabarkan
dengan cukup tegas dan keras: Dia yang suka menangkap ikan, dalam penjelmaannya
yang akan datang pasti menjadi ikan. Mereka yang mengembangkan sifat-sifat
seperti harimau pasti bisa menjelma menjadi harimau pula.[9] Bagaimanapun cara
yang ditempuh untuk menjelaskan ajaran Ahimsa, namun di dalam cara-cara yang
pada berbeda tersebut ada kesamaan yang perlu dicatat yaitu sama-sama
menjelaskan Ahimsa sebagai kegiatan yang bebas dari kekerasan, dan sama-sama
menerimanya sebagai salah satu cara  pelaksanaan ajaran agama Hindu yang
tertinggi/tersuci, kalau tidak bisa disebutkan sebagai yang tertinggi atau
tersuci.

Diantara pendapat-pendapat tersebut ada dua kelompok pendapat yang
agak menonjol. Yang satu menafsirkan bahwa Ahimsa berarti tidak melakukan
kekerasan dalam bentuk tidak membunuh-bunuh makhluk hidup apa pun, termasuk pula
tidak memakan dagingnya. Yang satu lagi menafsirkan bahwa Ahimsa dimaksudkan
sebagai tidak melakukan kekerasan dalam bentuk tidak menyakiti hati orang lain.

Pendapat-pendapat ini akhirnya mempengaruhi orang untuk mengamalkan
ajaran Ahimsa dengan cara setengah-setengah dan agak "eksentrik". Ada yang
mengamalkan Ahimsa dengan cara berhati-hati dalam berkata-kata dan bertingkah
laku agar tidak menyinggung atau tidak menyakiti hati orang lain, sambil tetap
makan daging, dan bila diperlukan, ia juga siap menggorok atau memotong
binatang. Mereka berpendapat inilah maksud yang sebenarnya dari Ahimsa.

Sedangkan ada pula yang melaksanakan ajaran Ahimsa dengan cara sama
sekali tidak berani membunuh-bunuh makhluk lain, sangat ketat menjaga pantangan
dalam makan memakan, bahkan sampai telorpun mereka tidak mau menyentuhnya.
Tetapi, ia tidak segan-segan memukul atau menyakiti binatang-binatang, bahkan
manusia sekalipun. Mereka tidak mengontrol diri dalam berkata-kata dan
bertingkah laku. Apakah kata-kata dan tingkah lakunya menyakiti hati orang lain
ataukah tidak, mereka tidak perduli sama sekali. Bahkan kita dapat melihat di
masyarakat banyak orang yang merasa berbahagia bila dapat menyakiti hati orang
lain dengan kata-katanya yang tajam menusuk, sambil tetap mengatakan dirinya
sebagai orang yang sedang mengamalkan ajaran suci Ahimsa.

Kedua cara tersebut di atas, dapat dikatakan sebagai cara
pelaksanaan ajaran Ahimsa dengan cara tidak sempurna atau setengah-setengah.
Mereka yang tidak membunuh-bunuh dan tidak memakan daging binatang tetapi merasa
tidak apa-apa jika menyakiti hati orang lain, --- masih melaksanakan ajaran
Ahimsa secara tidak lengkap. Yang lain, berpantang menyakiti hati orang lain
tetapi tetap memakan daging, --- ini juga bukanlah pelaksanaan ajaran Ahimsa
secara lengkap. Pelaksanaan Ahimsa secara sempurna adalah gabungan dari
keduanya, yaitu tidak makan daging, ikan dan telor, dan di saat yang sama juga
hendaknya berusaha untuk tidak menyakiti makhluk lain, baik dengan pikiran,
kata-kata, maupun dengan perbuatan, apalagi sampai membunuh-bunuh. Pelaksanaan
ajaran Ahimsa secara lengkap beginilah yang disebutkan sebagai Ahimsa paramo
dharmah, atau  pelaksanaan ajaran agama tertinggi.

Permainan drama, bagaimanapun baiknya jika ia hanya
setengah-setengah, tidak akan mampu memuaskan siapapun. Pelaksanaan ajaran
Ahimsa yang setengah-setengah, kurang lebih adalah sebuah pertunjukan "drama"
tidak lengkap. Oleh karena itu, pelaksanaan tidak lengkap tersebut sama sekali
tidak akan mampu memberikan pahala maksimal berupa kedamaian dan kebahagiaan
sejati kepada pelaksananya. Pelaksanaan Ahimsa hendaknya dilaksanakan secara
lengkap dan "alami". Kapan orang melaksanakan ajaran Ahimsa secara wajar dan
"nyarira" atau "alami", di saat itulah mereka akan merasakan keindahan Ahimsa
dan vegetarian. Dan, di saat itulah orang akan menemukan dirinya sebagai seorang
Hindu ideal, yang mestinya telah terjadi jauh-jauh sebelumnya. Di saat itu pula
mereka tidak akan melihat orang melakukan vegetarian sebagai sesuatu yang
istimewa, sebab memang, semuanya adalah wajar-wajar saja.

Dalam keadaan seperti itu, anjuran-anjuran, perintah-perintah dan
larangan-larangan kitab-kitab suci serta lontar-lontar yang kadang-kadang
kelihatan cukup keras tidak akan dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan lagi.
Anak-anak yang secara sadar telah tidak suka memelihara kuku panjang, tidak akan
takut-takut lagi terhadap anjuran, perintah dan larangan guru-gurunya.
"Ahimsa ngaranya tan pamati-mati sarva-prani, nguniweh janma manusa,
maweh wuwus tan ayukti, mahala kira-kiranya ring len",[10] --- ditegaskan di
dalam lontar leluhur bahwa "tan pamati-mati" atau tidak membunuh-bunuh
dimaksudkan tidak membunuh-bunuh segala makhluk hidup (sarva-prani). Berdasarkan
bukti lontar ini, lengkaplah kesamaan dan kesejalanan ajaran leluhur kita
(khususnya tentang Ahimsa) dengan ajaran suci Veda. Dengan demikian, alasan
untuk ragu-ragu sudah tidak ada lagi.

Biasanya, dalam tradisi penyampaian ajaran suci Veda kita dapat
mengenal arti, makna, maksud dan tujuan sesuatu lewat kata atau istilah yang
dipakai, seperti misalnya seorang anak disebut sebagai Putra, seorang suami
disebut Svami, orang suci yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai Sannyasi, Svami, Gosvami, dan lain-lain, seperti itu pula
kita dapat mengetahui arti, makna, maksud dan tujuan dari kata Mamsa (daging).

Kata Mamsa berasal dari mam dan sah. Mam berarti aku, dan sah
berarti dia. Mamsa berarti dia yang dagingnya aku makan sekarang akan memakan
aku dalam hidup yang akan datang (mam sah khadati iti mamsah).

Kitab Manu Smrti dan Mahabharata juga memberikan penjelasan yang
sama terhadap kata mamsa yang berarti daging. Hal ini menunjukkan agama Hindu
memandang "serius" masalah Ahimsa dan vegetarian.

Manu Smrti menyebutkan bahwa "Mamsah yang berarti daging, pada
hakekatnya dinyatakan oleh orang-orang bijaksana berarti 'saya dia' yaitu dia
yang dagingnya saya telan dalam hidup ini, menelan saya di kemudian hari."[11]
Hal yang sama juga diakui di dalam kitab Mahabharata: "Sekarang dia menelan
saya, nanti saya pun akan memakannya," --- mam sa bhaksayate yasmad bhaksayisye
tamapyaham.[12] Ajaran Mam Sah ini di beberapa kitab dijabarkan lagi lewat
berbagai cerita. Salah satu di antaranya adalah cerita Maharaja Puranjana yang
selama hidupnya banyak membunuh-bunuh binatang. Di naraka ia ditunggu oleh semua
binatang yang ia pernah bunuh, dan semua menyerang, menggigit dan menyiksanya
dengan ganas.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Vegetarian Menurut Ajaran Buddha

VEGETARIAN menurut ajaran Buddha



Ajaran Buddha sebenarnya tidak mengecam ataupun menganjurkan praktik vegetarian. Di dalam sutta-sutta, Sang Buddha tidak mengatakan bahwa praktik vegetarian adalah benar atau salah. Di dalam ajaran Buddha, seseorang bebas untuk memilih apa yang akan mereka jadikan makanan, baik itu sayuran maupun daging. Menkonsumsi makanan penting sekedar untuk bertahan hidup dalam jangka waktu lama. Mengenai hal ini Sang Buddha pernah berkata, "Semua makhluk hidup bertopang pada makanan".

Sebelum munculnya ajaran Buddha, ada banyak brahmana dan pertapa yang percaya bahwa kesucian hanya dapat tercapai dengan jalan mengatur dengan ketat apa yang mereka makan. Berdasarkan pandangan itu mereka hanya makan nasi dan sayuran dalam jumlah yang sangat sedikit. Bahkan sering kali mereka tidak makan apa pun. Mereka percaya bahwa dengan cara ini, yang semacam penyiksaan diri, kesucian dapat tercapai. Sang Buddha menolak konsep penyucian diri dengan jalan semacam itu.

Sang Buddha tidak menganggap bahwa vegetarian merupakan praktik moralitas. Bahkan praktik vegetarian sama sekali bukan bagian dari moralitas (sila) yang merupakan salah satu faktor dari Jalan Mulia Beruas Delapan.

Sang Buddha menganjurkan kepada semua murid-Nya untuk mempraktikkan Dhutanga. Dhutanga secara harfiah diartikan sebagai latihan untuk menghancurkan kekotoran batin. Praktik vegetarian tidaklah termasuk dalam faktor dhutanga, yang berarti bukan merupakan faktor penting untuk mengakhiri penderitaan. Oleh karenanya, Sang Buddha tidak mendorong para murid-Nya untuk menjadi vegetarian. Tetapi Beliau menyarankan mereka untuk bersikap terkendali dalam hal makan.

Pada masa kehidupan Sang Buddha, dalam Kanon Pali (Pacittiya Pali, Vinaya Pitaka) disebutkan bahwa ada lima jenis makanan yang biasa disajikan sebagai menu sehari-hari dan juga biasa didanakan kepada para bhikkhu, yaitu nasi, bubur beras, terigu rebus, ikan, dan daging. Selain dari lima jenis makanan di atas, disebutkan pula sembilan jenis makanan yang lebih istimewa, yaitu makanan yang dicampur dengan mentega cair, mentega segar, minyak, madu, sirup gula, ikan, daging, susu, dan dadih.

Sembilan jenis makanan tersebut umumnya ditemukan di kalangan keluarga kaya dan mereka juga mendanakannya kepada para bhikkhu. Para bhikkhu diperbolehkan menerima makanan itu bila didanakan oleh para umat awam, namun mereka akan dikatakan melanggar vinaya jika dengan sengaja meminta makanan tersebut kepada umat, tanpa disertai alasan tertentu, yaitu ketika mereka sedang sakit.

Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa ikan dan daging sudah biasa dikonsumsi sejak masa hidup Sang Buddha. Sang Buddha dan para murid-Nya hanya makan dari hasil pindapatta. Sang Buddha sendiri memakan daging dan memperkenankan para murid-Nya berlaku serupa, dengan catatan bahwa daging tersebut tidak khusus disediakan atau dibunuh untuk Beliau dan para bhikkhu.

Sebagai pendukung, ada beberapa contoh yang membuktikan bahwa daging sudah biasa dikonsumsi sebelumnya dan Kanon Pali menyebutkan bahwa ada beberapa macam daging yang didapati dalam mangkok (patta) Sang Buddha.

Pada suatu ketika, di sebuah hutan, segerombolan perampok membunuh seekor sapi untuk dimakan. Pada saat yang sama, di hutan itu seorang bhikkhuni arahat bernama Uppalavamna sedang duduk bermeditasi di bawah pohon. Ketika melihat bhikkhuni tersebut, kepala gerombolan perampok menganjurkan anak buahnya untuk tidak mengganggu. Dia sendiri menggantungkan sepotong daging sapi di cabang pohon, mempersembahkannya kepada bhikkhuni ini, dan berlalu. Bhikkhuni Uppalavamna kemudian mengambil potongan daging tersebut dan mempersembahkannya kepada Sang Buddha (Nissaggiyapacittiya Pali, Vinaya Pitaka).

Pada peristiwa lainnya, Sang Buddha dalam perjalanan menuju Kusinara (hari terakhir sebelum Sang Buddha Parinibbana). Cunda, perajin emas dari Pava, mempersembahkan makanan terhadap Sang Buddha, termasuk sukaramaddava di dalamnya. Sukaramaddava berarti daging babi berusia setahun yang dijual. Daging babi semacam ini lunak dan kaya gizi. Meskipun kata sukaramaddava ini ditafsirkan dalam banyak arti, namun arti seperti di atas didukung oleh Y.M. Buddhagosa, penulis kitab Komentar Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya.

Di dalam bukunya Y.M. Buddhagosa menyebutkan penafsiran pengajar-pengajar lain tentang sukaramaddava. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah semacam susu beras atau puding beras susu; beberapa lagi menyebutkan bahwa itu adalah semacam obat penguat (tonik). Belakangan ini, beberapa pelajar vegetarian menyebutkan bahwa sukaramaddava adalah sejenis jamur.

Jadi kita mendapati adanya daging dalam mangkok Sang Buddha dan murid-Nya, tetapi Sang Buddha menganjurkan untuk menghindari memakan sepuluh jenis daging. Kesepuluh jenis daging tersebut adalah daging manusia, daging gajah, daging kuda, daging anjing, daging ular, daging singa, daging harimau, daging macan tutul, daging beruang, dan daging serigala atau hyena (Mahavagga Pali, Vinaya Pitaka).

Seorang Bhikkhu dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi sepuluh macam daging tersebut karena beberapa alasan yang secara ringkas tercantum di kitab Komentar Vinaya (Samattpasadika) seperti berikut ini. Daging manusia tidak seharusnya dimakan karena berasal dari spesies yang sama. Daging gajah dan kuda tidak seharusnya dimakan karena mereka adalah peliharaan dari seorang raja. Sedangkan daging anjing dan ular dikarenakan mereka termasuk jenis hewan yang menjijikkan, kelompok terakhir adalah singa, harimau, dan sebagainya, tidak seharusnya dimakan karena mereka tergolong binatang berbahaya dan jika dimakan bau daging binatang tersebut bisa membahayakan para bhikkhu yang bermeditasi di hutan.

Meskipun Sang Buddha mengizinkan para pengikut-Nya untuk menkonsumsi daging kecuali kesepuluh jenis di atas, Beliau memberlakukan tiga persyaratan, yaitu seorang bhikkhu tidak diperbolehkan menerima daging apabila:

1. Melihat secara langsung pada saat binatang tersebut dibunuh.
2. Mendengar secara langsung suara binatang tersebut pada saat dibunuh.
3. Mengetahui bahwa binatang tersebut dibunuh khusus untuk dirinya.

Karena Sang Buddha dan para murid-Nya bersikap non-vegetarian, tidak sedikit tokoh keagamaan lainnya yang mencela Sang Buddha. Sebagai contoh, suatu ketika kepala suku Vajji yang bernama Siha mengundang Sang Buddha dan murid-Nya untuk makan siang. Siha mempersembahkan nasi dan lauk, termasuk daging yang dibelinya di pasar. Sekelompok pertapa Jain mendengar bahwa Siha mempersembahkan nasi campur daging kepada Sang Buddha. Mereka mencela Sang Buddha maupun Siha, mereka memfitnah: "Siha, sang kepala suku, telah membunuh binatang besar untuk diambil dagingnya dan dipersembahkan kepada Sang Buddha, dan sekalipun Sang Buddha mengetahuinya, Ia tetap saja memakan daging tersebut (Siha-senaoati Sutta, Anguttara Nikaya).

Berdasarkan Jainisme, memakan daging adalah hal yang salah. Mereka berpandangan bahwa seseorang yang memakan daging akan mewarisi setengah karma buruk yang dibuat oleh si pembunuh hewan itu. Si pembunuh membunuh hewan karena si pemakan memakan daging. Sebelum menjadi pengikut Sang Buddha, Siha adalah pengikut Mahavira, pendiri Jainisme.

Suatu ketika, seorang tabib bernama Jivaka mengunjungi Sang Buddha dan memberitahukan tentang berita yang didengarnya. "Yang mulia, ada yang mengatakan bahwa beberapa bintang telah dibunuh untuk diambil dagingnya dan dipersembahkan kepada Pertapa Gotama. Pertapa Gotama menerimanya sekalipun mengetahui bahwa binatang itu khusus dibunuh untuk-Nya. Yang Mulia, mohon dijelaskan apakah yang mereka katakan itu benar atau tidak."

Sang Bhuddha menolak kebenaran berita tersebut dan menjelaskan, ''O Jivaka, barang siapa yang terlibat dalam pemotongan hewan untuk diambil dagingnya dan dipersembahkan kepada-Ku dan para murid-Ku, orang itu akan melakukan banyak kejahatan karena lima hal:

dengan tujuan berdana, orang itu memerintahkan agar seekor binatang dibawa untuk dibunuh; binatang itu mengalami kesakitan dan derita ketika ditarik dengan paksa; perintah untuk membunuh binatang itu; binatang itu mengalami kesakitan dan derita ketika dibunuh; ia menyulitkan Aku dan murid-murid-Ku dengan mempersembahkan makanan yang tidak sesuai untuk kami." (Jivaka Sutta, Majjima Nikaya)

Sang Buddha mengizinkan untuk mengkonsumsi daging asalkan bebas dari ketiga syarat di atas, karena memakan daging bukanlah perbuatan buruk, seperti halnya perbuatan membunuh makhluk hidup. Karena itu Sang Buddha menolak kepercayaan bahwa orang yang makan daging akan ikut mewarisi perbuatan buruk dari orang yang membunuh hewan.

Bhikkhu Devadatta, sepupu Sang Buddha, yang selalu menentang Sang Buddha, pada suatu ketika datang dan meminta Sang Buddha untuk tidak mengizinkan para bhikkhu mengkonsumsi daging dan ikan sepanjang hidup mereka, dan apabila hal itu dilanggar maka mereka dinyatakan bersalah. Dengan tegas Sang Buddha menolak permintaan Devadatta ini (Culavagga Pali, Vinaya Pitaka).

Sehubungan dengan konsumsi daging, Amagandha Sutta adalah sutta yang sangat penting. Sutta yang termasuk dalam Sutta Nipata, Khudaka Nikaya, ini untuk pertama kalinya dibabarkan oleh Buddha Kassapa dan kemudian dikatakan ulang oleh Buddha Gotama.

Pada suatu ketika, seorang pertapa yang menjalani vegetarian mendatangi Sang Buddha dan menanyakan apakah Sang Buddha memakan amagandha atau tidak. Sang Buddha bertanya kepada pertapa itu, "Apakah amagandha itu?", dan pertapa itu menjawab bahwa amagandha adalah semacam daging. Amagandha secara harfiah berarti bau daging, dalam hal ini berkonotasi sesuatu yang busuk, menjijikkan, dan kotor. Karena itulah pertapa ini memakai istilah amagandha.

Selanjutnya Sang Buddha menjelaskan bahwa sesungguhnya daging bukanlah amagandha, tetapi segala jenis kekotoran Batin dan semua bentuk perbuatan jahatlah yang semestinya disebut amagandha. Sang Buddha berkata:

Membunuh, menganiaya, memotong, mencuri, berdusta, menipu, kepura-puraan, berzinah, inilah yang disebut amagandha, bukannya memakan daging. Jika seorang tidak terkendali hawa nafsunya, serakah, melakukan tindakan yang tidak baik, berpandangan salah, tidak jujur, inilah yang disebut amagandha, bukannya memakan daging. Jika seseorang berlaku kasar dan kejam, suka memfitnah, pengkhianat, tanpa belas kasih, sombong, kikir, dan tidak pernah berdana, inilah yang disebut amagandha, bukannya memakan daging. Kemarahan, kesombongan, keras kepala, bermusuhan, munafik, dengki, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, berhubungan dengan hal-hal yang tidak baik, inilah yang disebut amagandha, bukannya memakan daging. Jika seseorang bermoral buruk, menolak membayar hutang, pengumpat, penuh tipu daya, penuh dengan kepura-puraan, inilah yang disebut amagandha, bukannya memakan daging.

Menurut ajaran Buddha, pemurnian dari kekotoran batin (kilesa) adalah hal yang sangat penting untuk mencapai Nibbana. Kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membersihkan pikiran, kemurnian pikiran hanya dapat dicapai melalui pengembangan kebajikan dalam diri masing-masing, yaitu melalui pengembangan moralitas (sila), konsentrasi (samadhi), dan kebijaksanaan (panna). Kita tidak akan menjadi ternoda atau menjadi suci dengan makan daging atau sayuran.

Telah disebutkan di atas bahwa Sang Buddha tidak pernah menganjurkan para pengikut-Nya untuk menjadi vegetarian atau non-vegetarian, namun Beliau menyarankan mereka untuk bersikap terkendali dalam hal makan (bhojana mattannuta). Apa pun yang Anda konsumsi, baik daging maupun sayuran, Anda harus mengendalikan diri terhadap rasa dari makanan itu untuk mencegah timbulnya kemelekatan pada makanan tersebut (rasatanha).

Kemelekatan terhadap rasa dapat dikikis dengan jalan mengembangkan ketidakmelekatan terhadap makanan atau melalui perenungan tujuan makan (paccavekkhana).

Seorang bhikkhu seharusnya mengkonsumsi makanan bukan dengan tujuan kenikmatan, bukan untuk mendapatkan kekuatan khusus, bukan untuk mengembangkan bagian tubuh agar tampak menarik, dan bukan untuk mempercantik diri. Tetapi hendaknya sekedar demi kelangsungan hidup, memelihara kesehatan, dan memungkinkan mereka tetap bisa menjalankan kehidupan suci (Apannaka Sutta, Anguttara Nikaya).

Di dalam Puttamamsupama Sutta, Sang Buddha menjelaskan bagaimana seharusnya seorang bhikkhu merenungkan makanan mereka dengan mengibaratkan kabalikara sebagai daging anak sendiri. Semua jenis makanan, daging atau sayuran, disebut sebagai kabalikara.

Sang Buddha memberi perumpamaan, "Ada sepasang suami istri dengan satu-satunya anak bayi mereka sedang menempuh perjalanan jauh. Di tengah perjalanan mareka kehabisan bekal makanan dan tidak mampu meneruskan perjalanan tanpa makanan. Di tengah cekaman bayangan kematian karena kelaparan, gagasan buruk muncul dalam pikiran mereka. Akhirnya mereka sepakat untuk membunuh bayinya dan memakan dagingnya. Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan dengan penuh kesedihan karena telah membunuh anak satu-satunya."

Setelah memberikan perumpamaan tersebut, Sang Buddha menjelaskan artinya melalui tanya-jawab, "O Bhikkhu, bagaimana pendapatmu? Apakah suami istri itu memakan daging bayi sendiri untuk tujuan kenikmatan (davaya), untuk mendapatkan kekuatan khusus (madaya), untuk mengembangkan bagian tubuh agar tampak menarik (mandanaya), atau untuk mempercantik diri (vibhusanaya)?" Para bhikkhu menjawab, "Tidak Yang Mulia. Mereka tidak akan memakan daging anaknya karena tujuan-tujuan itu." Sang Buddha bertanya lagi, "Apakah mereka makan hanya dengan tujuan agar dapat meneruskan perjalanan mereka?" "Benar, O Yang Mulia".

Menurut sutta di atas, hendaknya seseorang merenungkan makanannya seolah seperti daging anak sendiri. Dengan melakukan perenungan semacam ini seseorang bisa mengurangi kehausan atau kemelekatan terhadap rasa dari makanan.

Selanjutnya, mari kita bahas mengenai makanan ditinjau dari sudut pandang Empat Kesunyataan Mulia. Menurut ajaran Buddha, makanan termasuk materi, yang berkaitan dengan Agregat materi (rupa khanda). Agregat materi adalah suatu jenis penderitaan. Karena itulah makanan juga subjek dari penderitaan. Ini salah satu hal yang harus dimengerti secara benar (parinneyya). Makanan bukanlah suatu hal yang harus dihancurkan (na pahatabba). Nafsu terhadap rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu adalah sebab dari penderitaan (dukkhasamudaya). Sebab inilah yang harus dihancurkan (phatabba). Hilangnya nafsu terhadap rasa dari makanan adalah berakhirnya penderitaan (dukkhanirodha). Inilah yang harus dicapai (sacchikatabba). Merenungkan makanan secara benar agar bebas dari kemelekatan terhadap makanan adalah jalan menuju berakhirnya penderitaan (dukkha nirodha gamini patipada). Inilah yang seharusnya dikembangkan dalam diri masing-masing (bhavetabba).

Menurut ajaran Buddha, berakhirnya penderitaan adalah hal yang paling penting. Hal ini hanya bisa tercapai dengan jalan melenyapkan hawa nafsu atau kehausan (tanha). Oleh karenanya, Anda harus berupaya untuk mencabut akar dari kehausan, kemelekatan terhadap rasa yang ditimbulkan oleh apa pun yang kita makan untuk mencapai akhir dari penderitaan. Nibbana adalah tujuan akhirnya. Anda bebas menjadi vegetarian ataupun non-vegetarian. Tetapi hal penting yang harus Anda upayakan adalah melatih diri untuk menghilangkan kemelekatan terhadap rasa dari makanan yang Anda makan sehari-hari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Gizi Menu Vegetarian

Gizi Menu Vegetarian

Posted by: Mardi  /  Category: Vegetarian Healthy Mungkin diantara anda masih banyak yang ragu tentang kualitas makanan untuk para vegetarian. Berikut ini adalah daftar komponen nutrisi dominan yang ada di dalam makanan vegetarian yang ternyata juga mampu maksimal memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh.
Dengan membandingkan komponen yang ada di makanan dan kebutuhan rata-rata, maka diharapkan kita tidak perlu kuatir akan kekurangan gizi. (Semua ukuran makanan di bawah ini dalam ukuran 100 gram)
Energi
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 2000 kalori.
Sumber energi tinggi terdapat pada Olive oil 884 kcal dan Walnut 642 kcal.

kacang%20kedelai Protein
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 50 gr.
Sumber protein  tinggi terdapat pada kacang kedelai 36,5 gr; lentil 28,1 gr; kacang hijau 23,9 gr. (Bandingkan dengan daging sapi/kambing tanpa lemak 20,2 gr).
Karbohidrat
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 300 gr/hari untuk 2000 kalori diet.
Sumber karbohidrat tinggi terdapat pada nasi putih 79,3 gr; kismis 71,7 gr; pisang 21.0 gr.

Serat

Kebutuhan rata-rata orang dewasa 25 gr/hari.
Sumber serat tinggi terdapat pada bekatul 42,8 gr; lentil 30,5 gr; apel 2,7 gr. (Bandingkan dengan daging hewan yang tidak mengandung serat sama sekali).

Vitamin

Vitamin adalah zat penting yang diperlukan untuk membantu kelancaran zat gizi dan proses metabolisme. Kekurangan vitamin dapat berakibat terganggunya kesehatan, karena itu diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan. Jumlah kecukupan vitamin per hari ditetapkan sebagai Recommended Daily Allowance/RDA.

Vitamin A,
untuk kesehatan mata, jaringan tubuh, mempercepat proses penyembuhan luka/infeksi, sebagai antioksidan yang membantu merangsang & memperkuat daya tahan tubuh, mempertahankan kesehatan kullit & rambut. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1000 IU/hari. Sumber terbaik: wortel, bayam, alpukat, alfalfa, buncis, katuk, kentang, tomat, labu kuning, dll.
Vitamin B1 (Thiamin/Tiamin), untuk memelihara fungsi saraf, mengoptimalkan aktifitas kognitif dan fungsi otak, membantu proses metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan mengatur sirkulasi serta fungsi darah. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1,5 mg/hari. Sumber terbaik: biji bunga matahari 2,29 mg; wheat germ 1,88 mg; kedelai 0,874 mg; beras pecah kulit; buah dan sayuran.

Vitamin B2 (Riboflavin)
, untuk mencegah katarak, gangguan pencernaan, kulit dan depresi. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1,7 mg/hari. Sumber terbaik: kacang kedelai 0,870 mg; bekatul 0,577 mg; sayur-sayuran hijau.

Vitamin B12 (Cyanocobalamine/Sianokobalamin)

Fungsi: Mengatur pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan dinding saraf, sintesa DNA, mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 2-3.5 microgram per hari.
Walaupun banyak terdapat pada daging hewan, tetapi terdapat juga sedikit pada tempe, spirulina, rumput laut, dan bakteri di usus dapat memproduksi Vitamin B12 ini.  Demi keamanaan bagi yang Vegan disarankan untuk mengkonsumsi supplemen B12.
Vitamin C
Fungsi:  membantu penyembuhan luka, penyerapan zat besi dan kalsium, dan mempertahankan kesehatan kulit dan jaringan. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 60 mg per hari.
Sumber terbaik:  jambu biji 184 mg, kiwi 98 mg, broccoli 93.2 mg, jeruk 53.2 mg, segala macam buah dan sayuran hijau berdaun (bayam, brokoli dll.).
Vitamin D
Fungsi: membantu pembentukan gigi dan tulang dan pembekuan darah.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 400 IU.
Sumber terbaik: sinar matahari.
Vitamin E
Fungsi: mempertahankan kesehatan umum, kulit dan rambut, memperlambat proses penuaan, sebagai antioksidan, menaikkan kekebalan tubuh.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 10-30 IU per hari.
Sumber terbaik: minyak gandum, biji mentah, biji bunga matahari, alpukat, buncis, taoge, kangkung, sayuran dll.

Vitamin K

Fungsi: membantu terbentuknya senyawa-senyawa pembeku darah, menjaga tulang dari kerapuhan.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 80 mikrogram.
Sumber terbaik: alfalfa, taoge, gandum, sayuran hijau dll

MINERAL

Mineral dibutuhkan tubuh untuk menjaga agar organ tubuh berfungsi secara normal.
Kalsium
Fungsi: proses pembentukan tulang dan gigi, berperan dalam tekanan darah dan sistim hormonal. Kebutuhan rata-rata orang dewasa 800 mg per hari.
Sumber terbaik:  biji wijen 975 mg, kedelai 277 mg, almond 266 mg, kubis 47.0 mg, bayam 99mg, gandum utuh, tumbuhan polong dll.
Fosfor
Fungsi: menjaga kondisi tulang dari kehilangan kalsium, membentuk otot, dan membantu sintesa hormone testosterone.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 1000 mg per hari.
Sumber terbaik: Polongan, sayuran dan buah-buahan.
Magnesium
Fungsi: untuk kesehatan jantung dengan membantu mengatur ritme dan aktivitas jantung.  Bagi manula dapat membantu penyerapan kalsium oleh tubuh unyuk menjaga kesehatan tulang dari resiko osteoporosis.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 350 mg per hari.
Sumber terbaik: biji bunga matahari 354mg, bekatul 611 mg, biji wijen 351 mg, almond 296 mg, kacang mete 260 mg, tahu 103 mg, kentang 21.0 mg.
Besi
Fungsi:  membantu pembentukan sel darah merah dan sel otot.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 10-18 mg per hari.
Sumber terbaik:  kedelai 15.7 mg, bekatul 10.6 mg, pollen 9 mg, pistachios 6.8 mg, biji bunga matahari 6.77 mg, garbanzo 6.2 mg, almond 3.7 mg, bayam 2.71 mg, kacang ercis 1.47 mg.
Selenium
Fungsi: Melindungi sel-sel (jantung, darah) dari kerusakan karena oksidasi dan diperlukan untuk metabolisme iodin.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 55 mcg per hari.
Sumber terbaik: gandum utuh, beras pecah kulit, Brazil nut, biji-bijian.
Potasium
Fungsi: Bekerja sama dengan sodium menjaga keseimbangan cairan di dalam sel dan mengirim impuls saraf; juga memegang peranan penting dalam kerja otot termasuk otot jantung.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 2000-3500 mg per hari.
Sumber terbaik: kedelai 1,797 mg, almond 732 mg, apokat 599 mg, bayam 558 mg, wortel 323 mg.

Sodium

Fungsi: Menjaga keseimbangan cairan di luar sel, memudahkan bekerjanya impuls saraf.
Kebutuhan rata-rata orang dewasa 150 mikrogram per hari (+ ¼ sendok teh garam meja).
Sumber terbaik: Asparagus, mentimun, seledri, wortel, kelapa, rumput laut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Diet Vegetarian Dalam Sudut Pandang Kesehatan

Kemajuan teknologi ikut berdampak di bidang penyediaan pangan. Dewasa ini terdapat berbagai variasi makanan yang dapat dipilih manusia untuk mengenyangkan perutnya, bioteknologi telah memungkinkan adanya distribusi massa berbagai jenis produk makanan. Namun seiring dengan kemajuan kuantitas produksi pangan tersebut, masyarakat juga semakin kritis tentang kualitas bahan makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Hal ini tentunya menunjukkan perhatian yang semakin besar dari masyarakat akan masalah kesehatan. Jadi jika dulu makan bertujuan sebagai sumber energi untuk menunjang aktivitas, maka kini makan sudah menjadi suatu bentuk gaya hidup sehat bagi sebagian masyarakat.
Sesungguhnya pengaturan pola makan sudah lama diperkenalkan sebagai salah satu kunci manajemen pengobatan berbagai penyakit kronik, misalnya mengurangi asupan gula bagi mereka yang memiliki penyakit kencing manis atau diet rendah garam bagi yang hipertensi. Kini pengaturan pola makan sudah mengalami pergeseran paradigma dimana justru hal ini semakin banyak dilakukan oleh mereka yang masih sehat, jadi sebagai upaya pencegahan terhadap berbagai penyakit yang menakutkan seperti kanker dan penyakit kardiovaskular (stroke, serangan jantung). Tentunya hal ini merupakan ‘kemenangan’ dalam dunia kesehatan karena memang pengobatan yang terbaik adalah pencegahan sehingga upaya preventif memang sudah seharusnya mendapatkan porsi lebih dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Pengaturan pola makan sudah bukan rahasia lagi sebagai salah satu kunci terpenting untuk menjamin kesehatan pribadi. Oleh karena itu, tidaklah heran jika saat ini semakin banyak ditemukan berbagai konsep alternatif tentang healthy food misalnya berupa diet berdasarkan golongan darah, jus kombinasi, makanan organik, herbal dan juga diet vegetarian.
Menilik dari sejarahnya, kaum vegetarian diduga sudah ada sejak jaman Mesir Kuno. Saat itu dikenal suatu kelompok kecil warga yang hanya gemar menyantap makanan berupa sayuran dan buah-buahan. Vegetarian semakin dikenal luas setelah beberapa aliran keagamaan di Asia Timur mengajarkan tidak menyembelih hewan untuk dimakan dengan berbagai alasan contohnya adanya kepercayaan bahwa dengan menyembelih hewan maka seseorang kelak akan bereinkarnasi menjadi makhluk tingkatan paling rendah. Selain itu kaum Buddist di Jepang percaya bahwa dengan memakan daging hewan maka tubuh mereka akan mengandung racun yang baru akan hilang setelah 8 hari. Tentang anjuran vegetarian juga disinggung dalam kesusastraan religi di India seperti Kitab Mahabharata juga pada aliran Yoga. Intinya pilihan untuk vegetarian berangkat dari rasa welas asih terhadap nyawa makhluk hidup lain seperti hewan, dan berarti dengan membunuh hewan maka tubuh yang memakan dagingnya akan tercemari.
Vegetarian saat ini tidak lagi dilatarbelakangi oleh ajaran agama tertentu semata tetapi sudah menjadi suatu tren gaya hidup sehat yang semakin banyak diminati. Sebagai contoh artis di Indonesia yang menganut vegetarian adalah Dewi Lestari dan Marcell. Mereka berdua tidak sendiri karena ternyata ada banyak tokoh ternama lainnya di dunia yang juga menganut vegetarian sebagai alternatif gaya hidup sehat, sebut saja Socrates, Plato, Pythagoras, Leonardo Da Vinci, Sir Isaac Newton, John Lennon, Paul dan Linda McCartney, Mahatma Gandhi, Bob Dylan dan masih banyak lagi. Pythagoras bahkan berani mengatakan bahwa diet vegetarian adalah pola makan yang paling alamiah dan sehat. Saat ini tercatat sekitar 15 juta penduduk di Amerika Utara menganut vegetarian baik dengan alasan keagamaan maupun gaya hidup sehat. Tidaklah mengherankan dengan angka sebesar itu semakin banyak pula media informasi yang dipublikasikan di sana terkait tentang vegetarian baik berupa website, buku, majalah bahkan pertunjukan masak ala vegetarian.
Diet vegetarian dalam kacamata kesehatan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu diet vegetarian ketat (hanya buah-buahan dan beberapa sayuran lainnya) dan diet vegetarian seimbang ( selain buah-buahan dan sayuran, telur dan produk susu juga turut dikonsumsi). Di samping itu di masyarakat juga dikenal diet vegetarian yang tidak murni misalnya masih boleh mengkonsumsi seafood atau daging hewan non-berkaki empat. Seperti yang dilansir pada The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2003 lalu, para ahli nutrisi sepakat bahwa diet vegetarian jenis seimbang memiliki manfaat positif yang masih lebih besar ketimbang resikonya bagi kesehatan.
Dalam pembahasan tentang nutrisi penting diingat bahwa menu diet yang cukup dan variatif adalah cara pencegahan defisiensi nutrisi dalam makanan sehari-hari. Kita juga sepakat bahwa asupan makanan yang ideal bagi kesehatan tubuh adalah asupan dalam jumlah optimal, bukan minimal, bukan juga berlebih. Sebenarnya untuk semua tipe diet, termasuk juga diet vegetarian, selalu terdapat potensi untuk menimbulkan resiko kesehatan di samping juga manfaat positif yang diusungnya. Oleh karena itu, di samping adanya berbagai klaim akan manfaat positif dari diet vegetarian, klinisi dituntut untuk waspada pula terhadap resiko kesehatan yang mengancam mereka yang menganut diet vegetarian ketat dan tak seimbang.
Konsep ilmiah yang membandingkan antara diet vegetarian dengan diet hewani awalnya dimulai dengan diperkenalkannya suatu model perbandingan di antara keduanya pada tahun 1960-an. Model ini menekankan bahwa diet vegetarian jelas-jelas merugikan kesehatan karena memiliki resiko tinggi untuk jatuh ke status defisiensi nutrisi. Makanan yang berasal dari tumbuhan memiliki kandungan energi serta bioavaibilitas nutriennya yang lebih rendah ketimbang makanan hewani, dan hal ini potensial menimbulkan masalah malnutrisi terutama pada masa pertumbuhan anak, kehamilan dan menyusui. Penelitian yang menelurkan model semacam ini memang terkesan unilateral karena hanya berfokus pada resiko semata, tidak menyinggung manfaatnya. Namun model ini sudah terlanjur terpatri dalam persepsi medis bahkan hingga kini sehingga diet vegetarian cenderung mendapat persepsi konotatif di masyarakat maupun klinisi.
Padahal jika diperhatikan, seiring berjalannya waktu, pembahasan jurnal-jurnal ilmiah tentang diet vegetarian dari tahun 1960-an ke 1990-an semakin didominasi oleh aplikasi jenis diet ini dalam upaya preventif dan terapi banyak jenis penyakit kronis. Isu akan defisiensi nutrisi semakin lama tidak popular lagi disini. Persepsi keliru yang terlalu membesar-besarkan resiko diet vegetarian bagi kesehatan seperti yang tertuang dalam model tahun 1960-an dulu mungkin disebabkan karena pada masa itu masalah utama di bidang kesehatan memang seputar kasus infeksi dan defisiensi nutrisi. Perlu diingat, saat kini permasalahan kesehatan telah mengalami transisi epidemiologi ke arah penyakit-penyakit kronik degeneratif dimana faktor kelebihan nutrisi memegang peranan penting. Jadi suatu pola pengaturan makanan seperti misalnya diet vegetarian memang sudah saatnya booming untuk meredam berbagai penyakit degeneratif yang mengancam umat manusia masa kini. Dari berbagai hasil penelitian medis, diet berbasiskan tumbuhan seperti halnya vegetarian terbukti menurunkan resiko obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, beberapa jenis kanker (kanker usus besar, prostat, leher rahim, pankreas dan paru), serta diabetes mellitus tipe II.
Mengapa diet yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memberi manfaat positif bagi kesehatan? Ternyata walaupun bahan makanan dari tumbuhan kalah dari diet hewani dalam hal kandungan asam lemak dan asam amino essential, namun buah-buahan dan sayuran memiliki kandungan tinggi akan vitamin dan antioksidan ( seperti karotenoid, asam askorbat, tokoferol dan asam folat) serta apa yang dinamakan phytochemicals ( serat, flavonoid, fenol, sterol, dll). Zat-zat antioksidan dan phytochemicals semacam itu sangat penting berfungsi sebagai agen protektif terhadap kanker dan berbagai penyakit degeneratif lainnya. Sebaliknya berbagai panganan hewani selain tidak memiliki kandungan phytochemicals, merupakan sumber energi tinggi (cenderung berlebih), tinggi asam lemak jenuh dan kolesterol serta potensi karsinogenik, yang semuanya menghasilkan resultan negatif bagi tubuh.
Di era industrialisasi seperti sekarang dimana produksi makanan berlimpah, jauh lebih sering ditemukan individu berlebihan dalam mengkonsumsi diet hewani dibandingkan individu yang mengalami defisiensi nutrisi dikarenakan diet vegetarian. Sebagai kesimpulan, secara penelitian ilmiah sudah saatnya paradigma sehat bergeser kepada persepsi bahwa diet seimbang yang berbasiskan tumbuhan seperti halnya vegetarian lebih bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tubuh daripada menimbulkan penyakit, dan hal ini berlaku terbalik pada diet berbasiskan hewani.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments1

Diet Vegetarian Untuk Remaja

Diet vegetarian tidak hanya berlaku untuk mereka yang suda berumur saja lho? Ternyata remaja juga bisa melakukan diet dengan cara menjadi vegetarian.

Tentunya, kalau kamu memutuskan untuk menjalani diet vegetarian tentunya harus dibarengi dengan diet yang tetap terpenuhi untuk nutrisinya.   Seperti yang dikutip oleh modernmom.com, usia 13 tahun sampai 19 tahun adalah masa pertumbuhan yang pesat. Remaja harus memastikan bahwa mereka mendapat cukup kalori, zat besi, kalsium dan asam lemak.

Saat remaja memutuskan untuk menjadi vegetarian, mungkin wereka tidak akan makan daging, daging sapi, daging babi, ayam atau ikan. Tidak semua dari vegetarian melakukan diet yang sama. Lacto- Ovo vegetarian tidak makan daging tetapi makan telur dan susu. Sebaliknya, Ovo Vegetarian tidak makan makan telur tapi tidak minum susu. Jadi kenali type yang mana vegetarian kamu.

Paling tidak, diet vegertarian untuk remaja ini masih boleh makan pizza, kentang dan sereal, jadi orang tua tidak perlu kuatir kalau anak anda tentang dampak negatif karena tidak makan daging sebagai asupan energi.

Remaja yang memutuskan untuk melakukan diet vegetarian harus siap mengatakan pada orang bagaimana mereka mendapat protein yang cukup. Jawaban dari itu sangat sederhana, selama mereka mengkonsumsi kalori yang cukup walau kandungan protein berkurang. Untuk pensuplai protein, pastikan remaja makan tahu, pengganti daging seperti hot dog kedelai, kacang- kacangan dan gandum yang mempunyai kandungan protein yang tinggi.

Jika anda sebagai orang tua mempunyai anak remaja yang memutuskan untuk diet dengan menjadi vegetarian, jangan panik. Remaja vegetarian sangat memelukan dukungan terutama dari orang tuanya. Diet dengan tidak memakan daging akan lebih sehat daripada diet konvensional.  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Sisi Negatif Menjadi Vegetarian

1. Tidak Ada Protein Hewani untuk Pertumbuhan Tulang dan Perkembangan Otak Manusia
Pada dasarnya, tidak ada bahan pangan lain yang memiliki protein selengkap protein hewani. Protein hewani penting untuk pertumbuhan tulang dan perkembangan otak manusia.
2. Terlalu tinggi konsumsi serat : defisiensi mineral dan produksi gas kolonik
Konsumsi serat yang dianjurkan adalah 25 – 30 gram per hari. Namun, bagi vegetarian, dapat mencapai 40 g/hari bahkan 50g/hari bagi vegan atau lebih. Jika pemenuhan serat sesuai, maka akan memberikan dampak positif bagi tubuh. Namun, jika berlebihan (>50 g/hari) dapat menyebabkan dihasilkannya gas kolonik sehingga menyebabkan perut kembung dan tidak nyaman. Selain itu, dapat meningkatkan penyerapan fitat, oksalat, dan serat pantanin yang dapat menghambat penyerapan besi, seng, dan kalsium.
3. Defisiensi besi
Meskipun zat besi banyak ditemukan di tumbuhan dalam jumlah yang tinggi dan dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Namun, penyerapan besi non-heme hanya 1 – 2% atau maksimal 5% dengan bantuan konsumsi vitamin C (Apalagi kecenderungan konsumsi serat yang tinggi lihat nomer 2). Hal ini menyebabkan vegetarian rentan akan anemia. Dan biasanya dianjurkan untuk konsumsi suplemen. Akan tetapi, harus sesuai dosis dan anjuran ahli gizi agar konsumsi zat besi tidak berlebihan.
4. Defisiensi kalsium
Seperti halnya zat besi, kalsium yang juga banyak terkandung dalam tumbuhan memiliki tingkat penyerapan dalam tubuh yang rendah. Hanya 5 sampai 10% (Apalagi kecenderungan konsumsi serat yang tinggi lihat nomer 2). Padahal, kebutuhan kalsium sangat penting. Suplementasi kalsium juga sangat disarankan bagi vegetarian. Akan tetapi, harus di bawah pengawasan ahli gizi atau sesuai dosis yang dianjurkan. Karena kelebihan kalsium memiliki resiko yang sama seperti kekurangan, yaitu pengeroposan tulang. Bahkan menyebabkan pula kanker prostat atau batu ginjal.
5. Defisiensi zinc
Seng (zinc) paling baik didapatkan dari pangan hewani terutama daging, hati, kerang, dan telur. Namun, bagi vegetarian dapat diperoleh dari kacang-kacangan dan produk kedelai, seperti tempe. Akan tetapi, tingkat penyerapannya tidak sebaik pangan hewani.
6. Defisiensi vitamin B12
Vitamin B12 sangat penting untuk mengubah folat ke dalam bentuk aktifnya. Kekurangan folat dapat mengakibatkan gangguan metabolism DNA. Jika terjadi pada (calon) ibu hamil, maka dapat menyebabkan anaknya terkena Neural Tube Defect (NTD) yaitu tidak sempurnanya penutupan pada sel saraf (misalnya tidak memiliki tempurung kepala atau sumsum tulang belakang tidak tertutup sempurna). Kekurangan Vitamin B12 juga menyebabkan anemia pernisiosa (megaloblastik) karena sekresi faktor intrinsik sehingga vitamin B12 tidak bisa diserap. Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Vitamin B12 hanya dapat dipenuhi dari pangan hewani atau di dalam sayuran yang sudah mengalami pembusukan oleh bakteri. Vitamin B12 yang terjadi melalui sintesis bakteri pada manusia tidak dapat diabsorpsi karena dihasilkan di kolon. Sedangkan penyerapa B12 terjadi di lambung dan usus halus.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Manfaat Menjadi Vegetarian

PCRM (the Physician Committee for Responsible Medicine) dan ADA (American Dietetic Association) telah memperkenalkan pola makan sehat yang disebut Kuartet Nabati yang terdiri dari padi-padian, sayur, buah, dan kacang-kacangan yang kemudian diikuti oleh seluruh veggie di dunia.
1. Umur panjang (longevity)
Penelitian menunjukkan bahwa seorang vegetarian memiliki angka harapan hidup 5 sampai 20 tahun lebih lama dibandingkan non-vegetarian.
2. Mengurangi resiko penyakit jantung koroner (pjk)
Sudah pasti konsumsi lemak dan kolesterol pada vegetarian sangat rendah atau terbatas. Oleh karenanya, resiko pjk semakin kecil.PCRM dan ADA menyatakan bahwa resiko kematian akibat PJK pada vegetarian setengah dari non-vegetarian.
3. Mengurangi resiko penyakit kanker
Menurut British Medical Journal, dengan menjadi vegetarian akan dapat mengurangi resiko 50-76% resiko penyakit kanker. Konsumsi vitamin A dan C pada buah dapat mencegah penyakit kanker kolon. Diet vegetarian yang rendah lemak dapat melindungi tubuh dari kanker prostat dan payudara.
4. Mengurangi resiko obesitas
Vegetarian yang rendah lemak dan tinggi serat dapat mencegah terjadinya obesitas.
5. Mencegah dan mengobati hipertensi
Makanan vegetarian yang kaya akan kalium seperti pisang, seledri, sayur hijau, dan tempe terbukti dapat menurunkan tekanan darah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

7 Tipe Vegetarian

1. Demi-Vegetarian : vegetarian yang masih mengonsumsi ikan, vegetarian cheese, produk turunan dari susu, dan telur.
2. Pesco-Vegetarian : vegetarian yang masih mengonsumsi ikan.
3. Polovegetarian : vegetarian yang masih mengonsumsi unggas.
4. Lacto-ovo vegetarian : vegetarian yang masih mengonsumsi telur, susu (dan produk turunannya seperti keju, yogurt, dll), madu, dll.
5. Lacto-vegetarian : vegetarian yang masih mengonsumsi susu dan produk turunannya.
6. Ovo-vegetarian : vegetarian yang masih mengonsumsi telur.
7. Vegan : vegetarian yang hanya mengonsumsi tumbuhan saja.
Oke, kontroversi seputar vegetarian memang tidak akan lepas dari kebutuhan gizi manusia yang memang terkadang hanya dapat didapatkan dari produk hewani. Atau, terkait dengan penyerapan di dalam tubuh. Namun, bukan berarti bahwa menjadi vegetarian tidak ada manfaatnya. Asalkan seorang veggie bisa disiplin dan memperhatikan kecukupan kebutuhan zat gizinya, pilihan menjadi seorang veggie tidak menjadi masalah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0