Diet Vegetarian Dalam Sudut Pandang Kesehatan

Kemajuan teknologi ikut berdampak di bidang penyediaan pangan. Dewasa ini terdapat berbagai variasi makanan yang dapat dipilih manusia untuk mengenyangkan perutnya, bioteknologi telah memungkinkan adanya distribusi massa berbagai jenis produk makanan. Namun seiring dengan kemajuan kuantitas produksi pangan tersebut, masyarakat juga semakin kritis tentang kualitas bahan makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Hal ini tentunya menunjukkan perhatian yang semakin besar dari masyarakat akan masalah kesehatan. Jadi jika dulu makan bertujuan sebagai sumber energi untuk menunjang aktivitas, maka kini makan sudah menjadi suatu bentuk gaya hidup sehat bagi sebagian masyarakat.
Sesungguhnya pengaturan pola makan sudah lama diperkenalkan sebagai salah satu kunci manajemen pengobatan berbagai penyakit kronik, misalnya mengurangi asupan gula bagi mereka yang memiliki penyakit kencing manis atau diet rendah garam bagi yang hipertensi. Kini pengaturan pola makan sudah mengalami pergeseran paradigma dimana justru hal ini semakin banyak dilakukan oleh mereka yang masih sehat, jadi sebagai upaya pencegahan terhadap berbagai penyakit yang menakutkan seperti kanker dan penyakit kardiovaskular (stroke, serangan jantung). Tentunya hal ini merupakan ‘kemenangan’ dalam dunia kesehatan karena memang pengobatan yang terbaik adalah pencegahan sehingga upaya preventif memang sudah seharusnya mendapatkan porsi lebih dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Pengaturan pola makan sudah bukan rahasia lagi sebagai salah satu kunci terpenting untuk menjamin kesehatan pribadi. Oleh karena itu, tidaklah heran jika saat ini semakin banyak ditemukan berbagai konsep alternatif tentang healthy food misalnya berupa diet berdasarkan golongan darah, jus kombinasi, makanan organik, herbal dan juga diet vegetarian.
Menilik dari sejarahnya, kaum vegetarian diduga sudah ada sejak jaman Mesir Kuno. Saat itu dikenal suatu kelompok kecil warga yang hanya gemar menyantap makanan berupa sayuran dan buah-buahan. Vegetarian semakin dikenal luas setelah beberapa aliran keagamaan di Asia Timur mengajarkan tidak menyembelih hewan untuk dimakan dengan berbagai alasan contohnya adanya kepercayaan bahwa dengan menyembelih hewan maka seseorang kelak akan bereinkarnasi menjadi makhluk tingkatan paling rendah. Selain itu kaum Buddist di Jepang percaya bahwa dengan memakan daging hewan maka tubuh mereka akan mengandung racun yang baru akan hilang setelah 8 hari. Tentang anjuran vegetarian juga disinggung dalam kesusastraan religi di India seperti Kitab Mahabharata juga pada aliran Yoga. Intinya pilihan untuk vegetarian berangkat dari rasa welas asih terhadap nyawa makhluk hidup lain seperti hewan, dan berarti dengan membunuh hewan maka tubuh yang memakan dagingnya akan tercemari.
Vegetarian saat ini tidak lagi dilatarbelakangi oleh ajaran agama tertentu semata tetapi sudah menjadi suatu tren gaya hidup sehat yang semakin banyak diminati. Sebagai contoh artis di Indonesia yang menganut vegetarian adalah Dewi Lestari dan Marcell. Mereka berdua tidak sendiri karena ternyata ada banyak tokoh ternama lainnya di dunia yang juga menganut vegetarian sebagai alternatif gaya hidup sehat, sebut saja Socrates, Plato, Pythagoras, Leonardo Da Vinci, Sir Isaac Newton, John Lennon, Paul dan Linda McCartney, Mahatma Gandhi, Bob Dylan dan masih banyak lagi. Pythagoras bahkan berani mengatakan bahwa diet vegetarian adalah pola makan yang paling alamiah dan sehat. Saat ini tercatat sekitar 15 juta penduduk di Amerika Utara menganut vegetarian baik dengan alasan keagamaan maupun gaya hidup sehat. Tidaklah mengherankan dengan angka sebesar itu semakin banyak pula media informasi yang dipublikasikan di sana terkait tentang vegetarian baik berupa website, buku, majalah bahkan pertunjukan masak ala vegetarian.
Diet vegetarian dalam kacamata kesehatan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu diet vegetarian ketat (hanya buah-buahan dan beberapa sayuran lainnya) dan diet vegetarian seimbang ( selain buah-buahan dan sayuran, telur dan produk susu juga turut dikonsumsi). Di samping itu di masyarakat juga dikenal diet vegetarian yang tidak murni misalnya masih boleh mengkonsumsi seafood atau daging hewan non-berkaki empat. Seperti yang dilansir pada The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2003 lalu, para ahli nutrisi sepakat bahwa diet vegetarian jenis seimbang memiliki manfaat positif yang masih lebih besar ketimbang resikonya bagi kesehatan.
Dalam pembahasan tentang nutrisi penting diingat bahwa menu diet yang cukup dan variatif adalah cara pencegahan defisiensi nutrisi dalam makanan sehari-hari. Kita juga sepakat bahwa asupan makanan yang ideal bagi kesehatan tubuh adalah asupan dalam jumlah optimal, bukan minimal, bukan juga berlebih. Sebenarnya untuk semua tipe diet, termasuk juga diet vegetarian, selalu terdapat potensi untuk menimbulkan resiko kesehatan di samping juga manfaat positif yang diusungnya. Oleh karena itu, di samping adanya berbagai klaim akan manfaat positif dari diet vegetarian, klinisi dituntut untuk waspada pula terhadap resiko kesehatan yang mengancam mereka yang menganut diet vegetarian ketat dan tak seimbang.
Konsep ilmiah yang membandingkan antara diet vegetarian dengan diet hewani awalnya dimulai dengan diperkenalkannya suatu model perbandingan di antara keduanya pada tahun 1960-an. Model ini menekankan bahwa diet vegetarian jelas-jelas merugikan kesehatan karena memiliki resiko tinggi untuk jatuh ke status defisiensi nutrisi. Makanan yang berasal dari tumbuhan memiliki kandungan energi serta bioavaibilitas nutriennya yang lebih rendah ketimbang makanan hewani, dan hal ini potensial menimbulkan masalah malnutrisi terutama pada masa pertumbuhan anak, kehamilan dan menyusui. Penelitian yang menelurkan model semacam ini memang terkesan unilateral karena hanya berfokus pada resiko semata, tidak menyinggung manfaatnya. Namun model ini sudah terlanjur terpatri dalam persepsi medis bahkan hingga kini sehingga diet vegetarian cenderung mendapat persepsi konotatif di masyarakat maupun klinisi.
Padahal jika diperhatikan, seiring berjalannya waktu, pembahasan jurnal-jurnal ilmiah tentang diet vegetarian dari tahun 1960-an ke 1990-an semakin didominasi oleh aplikasi jenis diet ini dalam upaya preventif dan terapi banyak jenis penyakit kronis. Isu akan defisiensi nutrisi semakin lama tidak popular lagi disini. Persepsi keliru yang terlalu membesar-besarkan resiko diet vegetarian bagi kesehatan seperti yang tertuang dalam model tahun 1960-an dulu mungkin disebabkan karena pada masa itu masalah utama di bidang kesehatan memang seputar kasus infeksi dan defisiensi nutrisi. Perlu diingat, saat kini permasalahan kesehatan telah mengalami transisi epidemiologi ke arah penyakit-penyakit kronik degeneratif dimana faktor kelebihan nutrisi memegang peranan penting. Jadi suatu pola pengaturan makanan seperti misalnya diet vegetarian memang sudah saatnya booming untuk meredam berbagai penyakit degeneratif yang mengancam umat manusia masa kini. Dari berbagai hasil penelitian medis, diet berbasiskan tumbuhan seperti halnya vegetarian terbukti menurunkan resiko obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, beberapa jenis kanker (kanker usus besar, prostat, leher rahim, pankreas dan paru), serta diabetes mellitus tipe II.
Mengapa diet yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memberi manfaat positif bagi kesehatan? Ternyata walaupun bahan makanan dari tumbuhan kalah dari diet hewani dalam hal kandungan asam lemak dan asam amino essential, namun buah-buahan dan sayuran memiliki kandungan tinggi akan vitamin dan antioksidan ( seperti karotenoid, asam askorbat, tokoferol dan asam folat) serta apa yang dinamakan phytochemicals ( serat, flavonoid, fenol, sterol, dll). Zat-zat antioksidan dan phytochemicals semacam itu sangat penting berfungsi sebagai agen protektif terhadap kanker dan berbagai penyakit degeneratif lainnya. Sebaliknya berbagai panganan hewani selain tidak memiliki kandungan phytochemicals, merupakan sumber energi tinggi (cenderung berlebih), tinggi asam lemak jenuh dan kolesterol serta potensi karsinogenik, yang semuanya menghasilkan resultan negatif bagi tubuh.
Di era industrialisasi seperti sekarang dimana produksi makanan berlimpah, jauh lebih sering ditemukan individu berlebihan dalam mengkonsumsi diet hewani dibandingkan individu yang mengalami defisiensi nutrisi dikarenakan diet vegetarian. Sebagai kesimpulan, secara penelitian ilmiah sudah saatnya paradigma sehat bergeser kepada persepsi bahwa diet seimbang yang berbasiskan tumbuhan seperti halnya vegetarian lebih bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tubuh daripada menimbulkan penyakit, dan hal ini berlaku terbalik pada diet berbasiskan hewani.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih info nya..membantu sekali.
salam buat yang mau tau cara
Cara cepat menurunkan berat badan
produk kosmetik cream temulawak
booking hotel bali travel
trend rambut terbaru

Posting Komentar